Dari yakin ku teguh
Hati Ikhlas ku penuh
Akan karuniaMu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
Ke hadirat-Mu Tuhan
Sewaktu kita SD dulu, menyanyikan lagu Syukur ini mungkin kita lakukan minimal setiap hari senin pada saat upacara bendera. Oya, masih ingat siapa pencipta lagu ini? Ya, rasanya sebagian besar kita tentu tahu siapa penciptanya. Kalau lupa, ini saya ingatkan kembali. Nama penciptanya adalah H Mutahar.
Sedikit kilas balik kebelakang, jika kita baca beberapa referensi, lagu ini diciptakan oleh H Mutahar dan pertama kali diperdengarkan pada Januari 1945 di Semarang beberapa bulan sebelum Indonesia merdeka.
Tentu saja tidak ada  yang tahu kalau beberapa bulan kemudian setelah lagu ini diperdengarkan Indonesia merdeka. Dan tentu saja kita harus akui kalau judul lagu ini cukup mewakili perasaan masyarakat Indonesia waktu ini (bahkan termasuk kita hingga saat ini). Ya, syukur atas segala karunia yang diberikan Tuhan (mulai dari perjuangan) hingga kemerdekaan diraih.
Jika kita masuk lebih jauh ke zaman kekinian atau milenial saat ini, maka implementasi syukur tentu saja lebih luas daripada (sekadar) merayakan kemerdekaan. Tetapi bagaimana mengisinya, bagaimana mensyukuri alamnya, bagaimana mensyukuri keragaman suku, agama dan bahasa yang ada di Indonesia, bagaimana mensyukuri suasana kondusifnya dan tentu saja bagaimana mensyukuri diri kita sendiri yang terlahir sebagai Warga Negara Indonesia.
Ya, menjadi warga Negara Indonesia tentu saja adalah salah satu hal yang sangat harus kita syukuri. Disaat banyak warga negara asing yang sedang berjuang untuk menaturalisasi dirinya menjadi WNI, maka punya niatan saja untuk Pindah Warga Negara ke negara lain tentu saja adalah hal yang sangat harus dipikirkan kembali.
Perlu kita tahu, beberapa alasan para WNA itu ingin dinaturalisasi adalah karena keindahan alam Indonesia, makanan yang lezat dan tentu saja keramahan masyarakatnya.
Disaat banyak orang ingin masuk menjadi WNI, lalu mengapa ada diantara kita yang (mungkin) punya keinginan untuk keluar? Tentu saja semua orang punya argumennya masing-masing.Â
Ada yang beralasan karena sudah terlanjur nyaman di luar, ada yang mungkin sudah menikah dengan orang asing, ada yang mungkin sudah bekerja disana dan sebagainya. Tentu saja itu adalah pilihan setiap orang dan semua punya pertimbangannya masing-masing.
Tetapi jika kita kembali menyimak dan menyelami makna lagu syukur yang diciptakan H Mutahar tadi, rasanya kita perlu masuk ke dalam jiwa kita lagi, apakah memang kita kurang merasa bersyukur dengan apa yang kita miliki saat ini, sehingga (misalnya) ada yang merasa pindah warga negara adalah solusi?Â
atau mungkin memang ada sebagaian dari kita yang memang merasa pindah warga negara (meski syaratnya tidak mudah) ini adalah solusi untuk keberlangsungan hidupnya dan keturunannya kelak dan dengan mudah melupakan tanah kelahiran dan leluhurnya di Indonesia? Tentu saja semua orang berhak punya pilihannya sendiri.