Kembali PSBBÂ yang diberlakukan di Ibukota dan berpotensi terus diikuti oleh daerah lain tentu tidak bisa dipandang remeh. Ada alarm kuat yang tersirat kalau situasi sedang tidak bersahabat. Belum lagi dengan situasi ekonomi yang seperti akan memasuki babak baru, PHK bertebaran, perlambatan terjadi, konsumsi menurun dan lain sebagainya.Â
Dengan situasi yang tidak mudah ini, harus diakui tentu ada juga masyarakat yang mengalami situasi yang berbeda atau minimal ada juga yang statis. Tentu sudah pantas, untuk mereka yang berkecukupan dan minimal statis, untuk berempati dengan masyarakat lain yang mendapatkan situasi yang tidak begitu baik atau yang sedang menghadapi kesulitan ekonomi.
Namun tahukah Anda, kalau ternyata banyak orang yang berusaha untuk berempati, namun dia tetap saja gagal berempati, padahal sudah berusaha keras untuk melakukannya. Jika Anda salah satunya? Tenang, pada kesempatan kali ini akan kita bahas 3 hambatan dalam berempati yang mungkin membuat sebagian kita belum berhasil berempati kepada orang lain meskipun sudah berusaha keras. Mari kita ulas.
1. Kesalahan Memaknai Empati
Poin pertama adalah banyak orang yang salah memaknai empati. Empati bukan lah simpati. Jika simpati hanya menggambarkan belas kasih dan sayang terhadap suatu kejadian yang menimpa seseorang, maka empati jauh lebih dalam dari itu.
Empati yaitu dapat menempatkan diri kita pada posisi orang lain dan tentu saja itu tidak mudah. Ada skil yang dibutuhkan di dalamnya, termasuk perasaan ada di dalam situasi yang sama meskipun kenyataannya berbeda. Empati membutuhkan telinga untuk mendengar dan hati untuk merasa dan tentu saja berbeda dengan simpati yang hanya dipermukaan saja.
Karena kesalahan kita dalam memaknai empati ini, maka wajar, banyak orang seolah susah sekali melakukan empati kepada orang lain, ini tidak lepas karena kesalahannya dalam memaknai dan menempatkan empati pada maqam seharusnya.
2. Prioritasmu Mengganggu Waktu Empatimu
Contoh paling gampang, Ketika Anda sedang akan melayat ke rumah seorang sahabat yang orang tuanya meninggal (yang sudah Anda anggap seperti orang tua sendiri) dan Anda sudah janji untuk datang dan ditunggu, lalu di saat yang sama bos Anda meminta Anda mengikuti meeting penting yang tidak bisa ditunda dengan konsekuensi Anda bisa dipecat jika absen, mana yang Anda prioritaskan? Untuk menjawab situasi ini (Silakan baca tulisan saya tentang kecerdasan jalanan : Street Intelligent 3)
Pilihan Anda terhadap prioritas ini bisa menjadi penghambat Anda untuk menunjukkan empati Anda kepada lingkungan, dalam kasus ini adalah sahabat Anda tadi. Semakin Anda cermat dalam menentukan prioritas terhadap sebuah situasi, maka jiwa empati Anda terhadap banyak hal secara perlahan akan semakin tajam dan meningkat.Â
Pada saat itu, tentu saja Anda semakin bisa merasakan esensi dari kehidupan seutuhnya yaitu tidak melulu tentang kita dan kehidupan kita, tetapi masih banyak aspek yang juga perlu menjadi perhatian kita.Â
3. Rasa Sakit Masa Lalu
Di dalam buku yang berjudul "The Rumble Zone" yang ditulis oleh Jim Boneau, dia mengatakan kalau Pengalaman pahit masa lalu, apalagi yang terus berulang, bisa jadi akan menghambat Anda untuk bersimpati kepada orang lain.
Hidup yang terus berada dalam kesulitan dan pengalaman pahit masa lalu, justru akan semakin membuat perasaan Anda "mati" untuk hal itu dan ketika menemukan hal serupa pada orang lain, Anda cenderung akan biasa saja, di banding dengan orang yang hanya sekali atau dua kali mengalami hal yang tidak baik, maka dia akan lebih mudah merasakan empati kepada orang lain dengan situasi yang sama dengannya.
Ini adalah hambatan ketiga kenapa ada orang yang seolah mengalami kesulitan untuk berempati kepada orang lain.
Jika ada di antara kita yang berada pada posisi ini, maka tenang lah, sekarang minimal Anda sudah tahu mengapa sangat sulit untuk merasakan empati kepada orang lain. Jika sudah menyadarinya, maka koreksi diri masing-masing, dan perlahan berlatih untuk mengubahnya ke arah yang lebih baik.
Selagi kita masih diberikan waktu oleh Allah untuk hidup, maka selalu ada ruang untuk kita memperbaiki diri, termasuk dalam hal berempati kepada orang lain. Mari minimal kita lihat orang 2-3 rumah di sekitar kita, bagaimana situasi mereka di saat pandemi saat ini? Sulit, biasa saja atau bahagia? jika sulit, maka berempati dan bantu lah apa yang bisa kita bantu sesuai kemampuan kita.Â
Jika biasa saja, doakan dia agar lebih bertumbuh ke depan. Jika lebih sukses dari kita, maka berdoa lah agar kita bisa mengikuti jejak sukses nya dengan cara kita yang diridhai oleh Allah SWT. Cara ini pelan tapi pasti, akan membawa kita menjadi pribadi yang lebih baik, yang selalu saya sebut dengan pribadi "The New You", pribadi kamu yang baru.
Semoga bemanfaat
Be The New You
TauRa
Rabbani Motivator dan Penulis Buku Motivasi "The New You"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H