Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mau Jadi Victim atau Player? Pilihan di Tanganmu

22 Agustus 2020   11:14 Diperbarui: 22 Agustus 2020   11:11 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : jadi victim atau player Anda yang menentukan (sumber:shiftindonesia.com)

Dalam sebuah meeting bersama klien di kantornya, pada saat saya tiba, saya hanya menemukan ruangan itu terisi oleh satu orang yaitu Pimpinan rapatnya. Meeting memang baru dimulai lebih dari setengah jam lagi dan saya (alhamdulillah) sudah terbiasa datang jauh sebelum meeting dimulai agar beberapa persiapan bisa dilakukan dengan baik.

Hujan lebat memang terjadi pagi itu. Setelah menunggu dan ngobrol ringan bersama si Bos berapa lama, jam sudah menunjukkan pukul yang 8.00 WIB yang artinya meeting harus dimulai.

Isi ruangan praktis hanya 3 orang ketika meeting dimulai oleh si Bos pimpinan meeting. Padahal seharusnya peserta meeting adalah 10 orang. Jadi 7 orang dipastikan terlambat datang. Setelah meeting dimulai sekitar 10 menit, satu orang datang menyelinap masuk ke ruangan, 2 orang datang hingga 7 orang itu datang dan jam waktu sudah menujukkan pukul 9.00 WIB.

Semua terkesan baik-baik saja waktu itu hingga tiba-tiba si Bos menjeda meeting dan mengabsen semua peserta meeting yang terlambat.

"Johan (nama samaran), kenapa kamu terlambat?" tanya si Bos ke salah satu karyawannya yang paling telat dari yang telat.

Seketika ruangan mendadak hening. Saya yang juga diruangan sebelumnya sudah diberi kode oleh si Bos kalau nanti meeting agak dijeda sebentar untuk "menegur"karyawannya itu.

"Maaf Pak, saya tadi kehujanan, jadi saya berteduh sebentar sebelum lanjut jalan lagi.." jawab Johan.

"Farah..?" 

"Sama seperti Johan Pak, saya kehujanan jadi berhenti dulu.."

"Teguh, Dika, Randi, Kei..., kalian kenapa terlambat..?"

"Maaf Pak, sama seperti teman-teman lain, di daerah saya lebih parah Pak Hujannya..!" jawab mereka dengan suara yang tidak begitu jelas.

"Andi..?" (nama terakhir yang ditanya oleh Si Bos pimpinan rapat itu)

"Maaf Pak, ini semua salah saya. Saya yang telat berangkat kekantor dan tidak memprediksi akan hujan lebat seperti ini, jadi semua memang salah saya Pak. Saya minta maaf dan tidak akan mengulanginya lagi.." Jawab Andi sambil menunduk.

Si Bos kemudian memberikan nasihat kepada anggota meeting itu untuk tidak melakukan kesalahan seperti ini lagi apalagi kita kedatangan tamu di meeting kali ini. Saya tidak berkomentar apapun hingga tiba-tiba si Bos meminta saya untuk sedikit memberikan "sharing" tentang situasi yang terjadi pagi ini.

Karena sudah diminta, saya maju kedepan dan mengucapkan terima kasih kepada semua orang yang telah berjuang tiba pada meeting hari ini dengan situasi cuaca yang memang tidak bisa diprediksi.

Saya lalu menggambar di White Board bahwa orang pada umumnya bisa dibagi dalam 2 kelompok dalam hal tanggung jawab pribadi yang ujungnya bisa menentukan kesuksesannya sendiri.

1. Pribadi Victim (korban)

Pribadi ini melihat kalau dia adalah korban dari situasi yang ada. Apapun yang terjadi dalam hidupnya, dia selalu menganggap itu karena orang lain, karena lingkungan, karena cuaca dan lain sebagainya.

Ketika tugas kantor tidak selesai pada waktunya, dia tidak segan menyalahkan rekan yang lain. Ketika ujian gagal, dia lagi-lagi menyalahkan listrik yang mati sehingga tidak bisa belajar optimal, bahkan ketika terlambat datang ke kantor, dia masih menyalahkan "pihak lain"yang membuatnya terlambat, apakah ban mobil yang bocor, macet di jalan, atau bahkan hujan lebat yang turun.

Semua alasan-alasan ini menunjukkan kalau "pribadi victim" adalah pribadi yang tidak berani bertanggung jawab terhadap hidupnya sendiri. Dia selalu melihat pasti ada andil orang lain dalam ketidakberhasilannya, dan pribadi ini tentu saja harus kita hilangkan dari pribadi kita.

2. Pribadi Player (Pemain)

Yang namanya pemain bola (misalnya), maka dia akan selalu berusaha untuk ada dalam permainan, dalam hal ini adalah permainan kehidupan. Pribadi ini selalu mengambil tanggung jawab pribadinya terhadap apapun yang mungkin menimpanya.

Ketika dia gagal, maka dia meyakini (selain ketentuan Allah), pasti ada upaya yang belum optimal dilakukannya. Ketika ujiannya gagal, maka dia meyakini bahwa bukan listrik mati yang membuatnya gagal, tetapi memang usahanya kurang keras untuk mencari solusi bagaimana bisa tetap belajar meskipun listrik mati.

Ketika dia terlambat datang ke kantor, maka diapun berani mengakui kalau memang itu adalah kesalahannya dan bukan kesalahan alam apalagi cuaca. Pribadi ini mengambil tanggung jawabnya sendiri terhadap situasi yang terjadi pada kehidupannya.

pribadi ini akan mengambil porsi besar terhadap kesuksesan hidupnya dibanding menyerahkan keberhasilan hidupnya kepada orang lain. 

Sahabat kita Andi tadi mencontohkan kepada kita, meskipun keterlambatannya tidak dapat diterima, tetapi keberaniannya menyampaikan kalau ini adalah tanggung jawabnya adalah bukti kalau dia adalah pribadi player, bukan victim.

Saya melihat k earah si Big Bos dan dia terlihat tersenyum sambil memberikan jempolnya. Wajah teman-teman yang terlambat tadi pun sudah kembali semangat dan sepertinya berkomitmen untuk menjadi Player ke depan.

*****

Dalam hidup ini, dua karakter ini sering kita jumpai di lingkungan kita, apalagi di situasi pandemi yang tidak mudah ini. Orang-orang pada umumnya akan sangat mudah terjebak menjadi victim dan merasa bahwa keadaan inilah yang salah, bukan saya dan seterusnya.

Padahal, kita punya pilihan untuk menjadi Player dengan situasi saat ini dengan kreativitas dan kemampuan yang sebenarnya kita punya. Tetapi kembali lagi pilihan ada di tangan kita.

Begitu juga di dalam dunia per- youtube-an, kita banyak melihat konten-konten yang bagus dan terus hanyut didalam konten-konten yang dibuat itu dan disaat bersamaan ternyata tidak ada yang meningkat didalam diri kita selain menghabiskan waktu dan memuji berlebihan konten-konten youtube yang kita lihat itu.

Channel Deddy Corbuzier mungkin adalah salah satu Channel yang perlu kita tonton dan merupakan Rekomendasi Channel Youtube yang baik jika kita ingin ada peningkatan wawasan dan sudut pandang yang berimbang. Deddy dalam salah satu wawancara pernah ditanya kenapa orang-orang hebat sekalipun mau datang untuk diwawancarainya dan disiarkan di Channel Youtube nya, Deddy dengan sederhana  menjawab : 

"Mereka mau datang karena mereka tahu, kalau saya tidak memihak ketika mewawancarai mereka.."

mungkin itu yang membuat Channel Deddy menghadirkan sudut pandang yang berimbang, kalaupun tidak, maka diserahkan kepada kita masing-masing sebagai penikmat Channelnya.

Jika kita masuk lebih jauh, Jika Deddy dan Channelnya bisa begitu digandrungi, lalu mengapa kita hanya menjadi "korban" dari Channel youtube itu saja dan terlalu sibuk untuk "memakmurkan" Channel orang lain?

Mengapa kita tidak mulai melakukan keduanya sekaligus yaitu sambil memakmurkan Channel orang lain (dengan belajar dari konten-konten yang bagus), tetapi juga disaat bersamaan berusaha membangun brand kita sendiri di Channel Youtube kita.

Untuk hal ini rasanya saya harus memberikan Rekomendasi Channel Youtube yang lain yaitu Channel Youtube saya sendiri yaitu TauRa Official yang berisi tema-tema motivasi yang semoga bisa memberikan warna kepada kita, kalau kita tidak cukup menjadi Victim tetapi kita juga harus menjadi Player di dalam kehidupan ini.

Semoga bermanfaat dan selamat menjadi pribadi yang baru.

Be The New You


TauRa

Rabbani Motivator, Pembicara Publik dan Penulis Buku Motivasi "The New You"

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun