Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dear All, Pahami 4 Cara Mengatasi Miskomunikasi

21 Agustus 2020   16:12 Diperbarui: 21 Agustus 2020   16:04 1026
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi : Miskomunikasi bisa terjadi kapan saja (sumber:talenta.co)

Baru-baru kita mendengar sebuah berita viral tentang miskomunikasi yang terjadi antara seorang mahasiswa dengan seorang dosen. Singkatnya, si Mahasiswa yang sudah mengirimkan skripsi perbaikannya dan mengirimkan pesan kepada dosennya untuk menanyakan kelanjutan skripsinya, dan mendadak dosen agak emosi dan mengatakan "Lho kok kamu yang mengatur saya, etika kamu dimana.." dan seterusnya.

Mungkin tidak ada niat buruk dari kedua belah pihak dalam hal ini. Si Mahasiswa punya niat yang baik, pun demikian si Dosen bisa jadi tidak bermaksud buruk. Tetapi tentu, jika harus ada yang "disalahkan" dalam hal ini, maka bisa jadi adalah alur komunikasi yang tersumbat hingga menyebabkan miskomunikasi yang berujung pada pembentukan opini masing-masing tentang pribadi mereka.

Si Mahasiswa akan berpikir bahwa si Dosen nya begitu, dan Si Dosen bisa jadi akan berpikir kalau mahasiswanya begini dan begitu seterusnya. Hal ini sekali lagi dipicu karena tersumbatnya alur komunikasi yang menyebabkan miskomunikasi antar kedua belah pihak.

Pertanyaan selanjutnya adalah, adakah cara atau solusi sederhana untuk mengatasi hal ini? Tentu saja semua masalah ada solusinya, dan kali ini kita akan coba ulas bagaimana cara mengatasi miskomunikasi ini, seperti contoh di atas. Berikut adalah caranya :

1. Pahami Gaya Komunikasi Antar Generasi

Jika gaya komunikasi milenial cenderung direct, tidak suka bertele-tele dan langsung ke inti permasalahan, maka tidak demikian dengan para senior atau generasi di atasnya (Generasi X dan diatasnya). Generasi X (kelahiran antara tahun 1965-1980) tentu lebih senang "pujian komunikasi" terlebih dahulu sebelum masuk ke inti pembicaraan.

Nah, Melenial atau dibawahnya, terkadang kurang memahami hal ini sehingga sering terjadi miskomunikasi dalam berbagai hal. Solusi pertama ini adalah mendorong setiap kita untuk belajar dan mempelajari dengan siapa kita akan berbicara, karena gaya komunikasinya akan berbeda di setiap generasi.

Setelah kita paham, maka kita gunakan pendekatan bahasa komunikasi mereka, dan yakinlah, jurang pemisah komunikasi itu akan hilang karena antara komunikator dan komunikan sudah saling memahami. Memahami adalah kata kuncinya.

Jadi, kalau mau tidak terjadi miskomunikasi, cara pertama adalah mari kita belajar komunikasi generasi yang berbeda dengan kita.

2. Belajar Memperbaiki Diri

Setelah paham gaya bahasa dalam berkomunikasi masing-masing generasi, langkah selanjutnya adalah kita harus belajar dan membiasakan diri bagaimana mereka berkomunikasi, khususnya jika memang rutin akan berkomunikasi dengan mereka.

Tidak mudah untuk langsung bisa mengubah cara komunikasi kita dengan cara komunikasi generasi lain. Butuh waktu untuk mempelajarinya. Teruslah belajar dan berlatih, bila perlu lebih sering bergaul dengan mereka (dalam artian positif) untuk lebih mengenal karakter mereka dalam berkomunikasi.

Dengan melakukan hal ini, maka kemungkinan untuk terjadinya miskomunikasi akan semakin kecil bahkan hilang.

3. Pahami Kondisi Psikologis Orang Lain

Meskipun gaya komunikasi antar generasi kita sudah paham, terus belajar cara melakukannya agar tidak terjadi miskomunikasi, tetapi kita tidak paham kondisi psikologis lawan bicara kita, maka potensi miskomunikasi tetap ada.

Perhatikan apakah lawan bicara kita apakah sedang senang, banyak pikiran, sedang berantem dengan anak, sedang istirahat dan lain sebagainya. Jika kita tahu kondisi psikologis lawan bicara kita, maka potensi terjadinya miskomunikasi akan semakin kecil bahkan menghilang.

Jadi, mulai sekarang, sebelum mengajak diskusi dan berkomunikasi dengan seseorang, mulailah cari tahu sisi psikologisnya dan yakinlah kalau komunikasi pasti akan lebih menyenangkan dan sesuai dengan tujuan yang kita harapkan.

4. Ketika Sudah Terjadi Ketegangan, Ambil Jeda

Meskipun sudah melakukan persiapan 1-3 dengan baik, tetap ada saja potensi miskomunikasi, apalagi karena kita melakukan komunikasinya secara online atau selain berhadapan (face to face).

Jika ternyata tetap terjadi ketegangan akibat komunikasi ini yang bisa berujung dengan marahan, saling benci dan seterusnya, maka pada saat ketegangan itu terjadi, segera putuskan untuk berhenti dulu berkomunikasi, ambil jeda.

Emosi jika dilawan dengan emosi tentu akan menjadi api yang besar. Dan Syeitan akan sangat senang melihat dua orang bertengkar. Untuk itu, sabar dan ambil jeda sesaat. Ambil minuman, ambil kopi Anda dan minum air dingin Anda. Jeda bisa menurunkan tensi diri sesaat.

Ketika semuanya sudah lebih baik (15-30 menit kemudian), maka mulai berkomunikasi kembali dengan suasana yang baru dan lebih tenang. Kalau memang waktu jeda yang dibutuhkan lebih lama, silakan sesuaikan saja dengan kebutuhan Anda, intinya ambil nafas dulu sebelum melanjutkan komunikasi yang meruncing. Yakinlah, hal ini akan sangat membantu Anda.

Komunikasi adalah seni, karena seni, maka butuh teknik yang tepat dalam melakukannya. Bukankah lagu tidak akan indah jika semuanya menggunakan notasi "Do", atau "Re", tetapi akan menjadi indah jika notasi-notasi itu digabungkan dan dikombinasikan hingga menjadi sebuah lagu.

Komunikasi juga demikian, ada banyak unsur yang harus kita pahami dan masukkan kedalam komunikasi itu sendiri agar pesan yang kita sampaikan bisa dipahami dengan baik oleh lawan bicara kita dan pada akhirnya akan hilanglah miskomunikasi yang merugikan banyak pihak itu. 

Semoga bermanfaat dan selamat mencoba.

Be The New You


TauRa

Rabbani Motivator, Pembicara Publik dan Penulis Buku Motivasi "The New You"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun