Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rabbani Motivation: Filosofi Mengalah

17 Agustus 2020   15:24 Diperbarui: 17 Agustus 2020   15:36 307
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi : lomba karung (sumber:mediasiana.com)

Dalam keadaan yang cukup terik, saya sedang menyaksikan salah satu anggota keluarga saya menyemarakkan perayaan ulang tahun kemerdekaan dengan ikut perlombaan balap karung (khusus ibu-ibu). Meski dengan protokol kesehatan seadanya ketika lomba (tergantung kesadaran masing-masing), antusiasme warga menyaksikannya cukup tinggi hingga saya pun tertarik untuk juga ikut menyaksikan.

Babak penyisihan berhasil dilalui dengan baik oleh famili saya tadi dan sampailah pada babak final untuk mencari juara 1,2,3 yang diikuti oleh 6 orang finalis. Priiiit, ketika perlombaan dimulai, famili saya tadi langsung meninggalkan pesaingnya jauh dibelakang dan unggul sendirian. Hingga beberapa meter lagi menjelang garis finis, keluarga saya tadi terlihat melambatkan balapan karungnya hingga akhirnya dia disusul dan menyelesaikan lomba di urutan ke-4.

Tentu 3 orang yang berhasil menyusul tadi merasa kegirangan dan setengah tidak percaya dengan kejadian itu. Penonton seolah dibuat kagum dengan 3 orang peserta yang mampu menyusul famili saya yang sebenarnya secara logika sederhana bisa menang mudah karena sudah unggul jauh. Saya mungkin menjadi satu-satunya orang yang curiga dengan kejadian ini hingga tidak lama kemudian saya mendatangi famili saya itu dan bertanya.

"Apa yang terjadi hingga tadi kakak berhasil disusul oleh mereka..? padahal kakak sudah jauh meninggalkan mereka dibelakang? kenapa kakak melambat?" saya bertanya penuh selidik.

Kakak famili saya tadi tersenyum dan menjawab dengan anggun.

"Mereka lebih butuh hadiah itu dibanding kakak. Yang kakak butuhkan adalah kebersamaannya bukan juara dan hadiahnya. (alhamdulillah), kita masih mampu membeli hadiah itu. Tapi coba perhatikan mereka yang memang mengharapkan hadiah dari juara lomba yang mereka ikuti. Kakak tidak tega saja melihat mata-mata harapan mereka harus pupus. Biarlah kakak dianggap kalah, karena anggapan itu tidak akan mengubah siapa kita, Gitu Lho Pak Motivator..!, hehehehe" 

jawab kakak famili saya menggugah.

Saya tersenyum kagum dengan akhlak yang indah itu.

*****

Ketika banyak orang berlomba-lomba untuk saling mengalahkan, ternyata kita perlu mencari cara dan alasan yang tepat untuk mengalah, meskipun orang lain akan menganggap kita kalah. Tetapi sesungguhnya kalah dan mengalah adalah dua hal yang sangat berbeda.

"Kalah adalah situasi dimana kita memang tidak ada kemampuan untuk menang. Sedangkan Mengalah adalah situasi dimana kita bisa dan punya kemampuan untuk menang, tetapi kita memilih "memenangkan orang lain" dengan alasan kebahagian orang lain atau alasan yang hanya kita sendiri mengetahuinya" (TauRa)

Lebih jauh lagi, sejarah juga mencatat bagaimana cerita penaklukan pertama Gunung Everest oleh 2 orang manusia di sekitar tahun 1953. Ketika beberapa puluh meter lagi akan sampai ke puncak Everest, Tenzing Norgay yang berada didepan Edmund Hillary harusnya bisa menjadi orang pertama yang menginjakkan kaki di puncak gunung Everest.

Tetapi apa yang dilakukan Tenzing Norgay cukup mengagetkan dunia waktu itu. Dia memilih "melebar" dan memberikan jalan untuk Edmund Hillary untuk mencapai puncak terlebih dahulu dan menjadi penakluk Everest pertama di dunia.

Ketika diwawancarai wartawan kala itu, Norgay dengan enteng berkata :

"Tugasku adalah membantu Edmund Hillary menjadi penakluk pertama Everest, dan aku tetap akan fokus pada tujuanku itu"

Pribadi Mengalah sering kali selalu memiliki nilai yang tinggi yang bahkan orang lain belum pernah memikirkannya. Hidup ini sejatinya bukan selalu tentang menang kalah. Masih begitu banyak hal lain yang bisa kita lakukan untuk memajukan pribadi, keluarga dan tentu saja bangsa Indonesia tercinta ini.

Ayo kita Jadikan momentum HUT 75 RI sebagai introspeksi diri, apakah kita sudah banyak mengalah untuk sesuatu yang bernilai, atau memang kita selalu kalah dalam setiap situasi, atau memang kita tidak mau kalah dengan siapapun sehingga akan menghalalkan segala cara untuk menang? Merenung sejenak terkadang lebih penting dibanding bertindak tanpa makna.

Selamat HUT 75 RI, Majulah Negeriku, Jayalah Bangsaku !

Semoga bermanfaat dan selamat menjadi pribadi yang baru.

Be The New You


TauRa

Rabbani Motivator

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun