Mohon tunggu...
TauRa
TauRa Mohon Tunggu... Konsultan - Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Rabbani Motivator, Leadership and Sales Expert and Motivational Public Speaker. Instagram : @taura_man Twitter : Taufik_rachman Youtube : RUBI (Ruang Belajar dan Inspirasi) email : taura_man2000@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Pilkada dan Pil-KB

28 Juli 2020   18:01 Diperbarui: 28 Juli 2020   17:56 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam sebuah diskusi bebas bersama beberapa teman, pembahasan kami melebar hingga akhirnya menyentuh ranah politik. Dengan latar belakang pendidikan kami yang berbeda-beda, semua orang mulai menyampaikan pandangannya tentang politik, konstelasi politik dan dunia perpolitikan di Indonesia tentu saja dari sudut pandang nya masing-masing.

Semua berjalan seru dan baik-baik saja hingga salah seorang teman saya mengatakan : 

"Untuk apa masuk ke dalam ranah politik, Politik itu Kejam teman..!" kata salah seorang teman saya sambil beberapa dari kami mengangguk seolah-olah setuju.

Tiba-tiba salah seorang teman saya yang lain yang dari tadi lebih banyak diam dan mengamati pembicaraan kami mendadak cukup kesal dan terlihat agak marah. Dia meminta teman saya tadi mengulangi pernyataannya. teman saya dengan polos mengulanginya kembali : 

"Untuk apa masuk ke dalam ranah politik, Politik itu Kejam teman..!" 

"Teman-teman, tolong dengarkan ya ! Politik tidak kejam, Politik itu ibarat air mineral ini, dia Netral. Kalau yang kamu bilang kejam itu adalah oknum yang berpolitik, bukan politik nya. Tolong hati-hati, saudaraku. Politik adalah jalan atau usaha yang ditempuh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama, itu jika kita merujuk teori klasik Aristoteles. Politik juga dibutuhkan untuk penyelenggaraan pemerintahan dan negara. Jadi, politik itu diperlukan dan justru harus dikuasai, bukan dijauhi. Kalau ada yang salah, itu bukan politik nya, tetapi oknum nya, mengerti ya teman-teman.."  Sahut teman saya panjang lebar.

Semua orang mendadak terdiam seperti sedang mendengar mata kuliah politik 2 SKS dari dosen politik. Teman saya yang memang tamatan Ph.D. ilmu politik dari salah satu universitas di luar negeri itu mungkin sudah tidak tahan lagi untuk berkomentar sampai akhirnya menemukan momen yang bagus untuk menyampaikan argumennya dan kami semua senang dan belajar lebih hati-hati dalam mengolah kata-kata.

______

Politik tidak terpisahkan dari kekuasaan dan kekuasaan tidak terlepas dari proses nya yaitu Pilkada. Pilkada 2020 dimulai yang artinya semua orang sedang bahagia, khususnya mereka yang akan memperebutkan kekuasaan karena akan berkontestasi secara langsung, meskipun di satu sisi rakyat Indonesia dan seluruh bangsa ini sedang dalam situasi yang kurang ideal.

Pergantian pemimpin adalah keniscayaan. Pergeseran waktu adalah kepastian. Tidak ada pemimpin yang abadi bisa memimpin sebagaimana juga hidup nya yang terbatas. Setiap kita pun berhak menjadi pemimpin, tinggal tentukan kendaraan politik apa yang akan digunakan untuk bisa masuk ke dalam pusaran kontestasi itu setelah tentu saja mengikuti semua prosedur yang ada.

Jika Pilkada adalah pemilihan yang akan melibatkan banyak orang dan mengajak orang berbondong-bondong untuk memilih pemimpin "ideal" nya masing-masing, maka Pil-KB adalah antitesis nya. Pil-KB jauh dari hingar bingar masyarakat bahkan tetangga sekali pun, karena setiap orang yang mengkonsumsi pil nya tidak pernah menginformasikannya kepada siapa pun.

Tetapi yang menjadi kekhawatiran kita tentu saja adalah ketika Pilkada bertransformasi dengan pendekatan Pil-KB (sembunyi-sembunyi dan tanpa pemberitaan), dalam artian, ketika tidak ada orang menyadari dan menerima informasi apapun secara luas, justu "si kontestan" pilkada itu "masuk" ke dalam rumah kita semua dan menyampaikan kalau dia adalah pemimpin terbaik yang layak dipilih. Tentu pada akhirnya rakyat lah yang memutuskan dan harus tetap waspada dengan potensi transformasinya Pilkada menjadi "Pil-KB"

Semoga bermanfaat dan selamat menjadi pribadi yang baru !

Be The New You

TauRa

Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi "The New You" 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun