Mohon tunggu...
Taumy Alif Firman
Taumy Alif Firman Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger sekaligus travel enthusiast.

Saat ini suka menulis tentang lifestyle dan destinasi wisata. Aktif dalam penulisan cerpen dan sedang mendalami penulisan skenario film berdasarkan kearifan lokal.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pulauku Nol Sampah: Dari Bencana 'Sampah Kiriman' Menjadi Bahan Bakar Minyak

28 September 2023   08:31 Diperbarui: 28 September 2023   08:34 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembelajaran akan sampah sejak dini (sumber; Instagram rumahliterasihijau_id)

Di tahun 2015, awalnya hanya ada 9 anggota keluarga yang dipimpin oleh Mahariah dan berkembang menjadi 40 keluarga. Mereka semua bergerak aktif dalam berbagai kegiatan pelestarian lingkungan. Bahkan sudah banyak komunitas peduli lingkungan berkunjung untuk melihat langsung sistem pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan pulau Pramuka.

Warga yang awalnya juga tidak tergabung, secara perlahan-lahan mulai ikut berpartisipasi. Memulai proses pemilahan sampah rumah tangga dan mengolah secara langsung bersama KBA Pulau Pramuka.

Pemilahan sampah (sumber; Instagram rumahliterasihijau_id)
Pemilahan sampah (sumber; Instagram rumahliterasihijau_id)

Agar lebih menarik dan teratur, maka setiap rumah dilengkapi dengan dua kantong sampah yaitu sampah organik dan anorganik lengkap dengan tandanya yang terbuat dari kaleng bekas dan dihiasi lukisan warna-warni.

Menurut Mahariah, "Pembuatan kantong sampah yang menarik bertujuan agar warga lebih tertarik dalam pemilahan sampah rumah tangga. Karena memang, awal dari upaya pelestarian lingkungan itu adalah rumah warga. Jika warga sudah terbiasa maka selanjutnya jauh lebih mudah".

Karena gerakan ini berbasis rumah tangga, maka prosess awalnya memang ada di rumah warga masing-masing terutama sampah plastik.

Sampah plastik yang sudah dipilah oleh warga kemudian akan disetor ke bank sampah. Setiap sampah plastik yang disetor ternyata menjadi tabungan buat warga itu sendiri dengan harga bervariasi. Contohnya, untuk sampah botol plastik dihargai Rp 4.000 per kilogram, sedangkan untuk sampah gelas plastik senilai Rp 6.000 per kilogram. Nggak nyangka banget kan, dari sampah ternyata bisa menjadi tabungan. Apalagi tabungan ini bisa dimanfaatkan untuk keperluan warga nantinya seperti untuk membayar biaya sekolah anak, seragam sekolah atau biaya berobat nantinya.

Sedangkan sampah organik akan dimanfaatkan kembali menjadi pupuk kompos. Bahkan KBA Pulau Pramuka membuat komposter ember tumpuk yang bisa dimanfaatkan di masing-masing rumah tangga.

Gerakan Pendidikan Akan Pentingnya Pengolahan Sampah

Keberhasilan KBA Pulau Pramuka dalam menjalankan gerakan pulauku nol sampah tidak hanya berhenti untuk proses pemulihan dan pemilahan sampah saja. Tetapi, butuh program berkelanjutan dana penanaman pemahaman sedini mungkin kepada anak-anak akan pentingnya menjaga lingkungan. Salah satu wadah pendidikan yang terintegrasi dengan Yayasan Rumah Literasi Hijau di KBA Pulau Pramuka adalah RA Fahman Jayyidan.

Pembelajaran akan sampah sejak dini (sumber; Instagram rumahliterasihijau_id)
Pembelajaran akan sampah sejak dini (sumber; Instagram rumahliterasihijau_id)

RA Fahman Jayyidan ini menghadirkan pustaka hijau sebagai wadah bagi anak-anak usia dini untuk mendapatkan pendidikan mendasar bagi kehidupan mereka termasuk didalamnya program pengenalan sampah, sifat dasar menjaga lingkungan hingga aktivitas menggambar berbasis tema lingkungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun