Mohon tunggu...
Taumy Alif Firman
Taumy Alif Firman Mohon Tunggu... Administrasi - Blogger sekaligus travel enthusiast.

Saat ini suka menulis tentang lifestyle dan destinasi wisata. Aktif dalam penulisan cerpen dan sedang mendalami penulisan skenario film berdasarkan kearifan lokal.

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Pulauku Nol Sampah: Dari Bencana 'Sampah Kiriman' Menjadi Bahan Bakar Minyak

28 September 2023   08:31 Diperbarui: 28 September 2023   08:34 478
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahariah (sumber; Instagram rumahliterasihijau_id)

Bencana kiriman sampah ini ternyata tidak berakhir tragis. Para warga di pulau Pramuka mulai bergerak. Perlahan tapi pasti, warga mulai membersihkan sampah di sekitar pantai. Bahkan salah satu tokoh penggerak yaitu Mahariah mencetuskan program Pulauku Nol Sampah.

Gerakan Pulauku Nol Sampah (sumber; Instagram rumahliterasihijau_id)
Gerakan Pulauku Nol Sampah (sumber; Instagram rumahliterasihijau_id)

Pulauku Nol Sampah ini merupakan salah satu program dari KBA Pulau Pramuka. Bukan hanya fokus terhadap pembersihan sampah kiriman dan lokal tetapi juga melakukan proses daur ulang sampah.

"KBA atau Kampung Berseri ASTRA merupakan salah satu bentuk kontribusi sosial dari ASTRA group dalam rangka pengembangan masyarakat berbasis komunitas. Program ini mengintegrasikan 4 pilar yaitu kesehatan, pendidikan, dan kewirausahaan dalam satu lokasi".

Perjuangan Dibalik Gerakan Pulauku Nol Sampah

Perubahan itu memang sering mengalami banyak tantangan termasuk Gerakan Pulauku Nol Sampah. Meskipun memiliki tujuan baik untuk menjaga lingkungan atas 'sampah kiriman Jakarta' tetapi ternyata gerakan ini tidak mendapatkan sambutan hangat dari warga sekitar.

Banyak warga kala itu berpikiran kepada Mahariah sebagai pencetus gerakan bahwa aktivitas ini bertujuan mendapatkan bayaran dan mencari bantuan pihak luar saja. Ditambah lagi dari kebiasaan warga yang tidak terbiasa melakukan proses pemilahan sampah rumah tangga dan ujung-ujungnya menolak mengikuti program pelatihan daur ulang sampah.

"Meskipun mendapatkan pikiran negatif dari warga, Mahariah tetap on the track menjalankan program ini. Dengan bekal profesi dan kemampuan sebagai guru Madrasah Ibtidaiyah yang terkenal sabar dan santun sehingga semua 'nyinyiran' warga yang menolak, dihadapi dengan tabah dan tetap tersenyum".

Tetapi memang, niat baik selalu mendapatkan jalan terbaik pula. Pada tahun 2014, kegigihan usaha Mahariah mendapatkan bantuan tenaga dari komunitas Variabel Bebas. Komunitas ini berisi para anak muda yang peduli terhadap masalah kelestarian lingkungan hidup daerah pesisir.

Mahariah (sumber; Instagram rumahliterasihijau_id)
Mahariah (sumber; Instagram rumahliterasihijau_id)

Kolaborasi yang dilakukan juga semakin bervariatif seperti pengolahan sampah plastik menjadi kerajinan tangan yang bisa dijual, penanaman bakau dan terumbu karang pembelajaran sistem tanam hidroponik untuk rumahan.

Nah, kolaborasi ini lah yang akhirnya menjadi daya tarik banyak warga untuk mulai ikut bergabung. Dari awalnya memberikan sindiran, berubah menjadi partisipan karena gerakan ini bukan hanya peduli terhadap lingkungan tetapi ternyata bisa menghasilkan uang tambahan dari daur ulang sampah.

Gerakan Peduli Lingkungan Berbasis Rumah Tangga

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun