Melansir IDN Times mayoritas anak muda, baik kelompok milenial dan generasi Z menilai pembabatan hutan sebagai biang kerok perubahan iklim di Indonesia. Angkanya mencapai 1,228 persen jawaban. Hal ini terungkap dalam survey yang dilakukan oleh Indikator Politik Indonesia pada periode September 2021. Selain pembabatan hutan hingga gundul, penyebab lain yang dinilai kaum muda adalah sektor industry ekonomi dan penggunaan sampah plastik sekali pakai.
Pulau kecil dan pesisir sangat rentan terendam saat terjadi peningkatan air laut. Banyak kota besar di Indonesia yang berada pada wilayah pesisir. Hampir 60 persen populasi penduduk tinggal di pesisir. dampak pertama yang dirasakan adalah masyarakat pesisir akan kehilangan tempat tinggal dan matapencahariannya.
Dalam catatan sejarah pembangunan, kita mengalami deforestasi "perilaku" dalam menjaga keseimbangan ekositem alam. Pambangun cenderung mengabaikan lingkungan sebagai penyagga utama keselamat manusia. Salah satu yang menarik perhatian semua pihak adalah ketika penggunaan energi fosil seperti batu bara untuk pembanguna Pembangki Listrik Tenaga Uap (PLTU) berjalan secara massif. Kasus lain yang ditumukan di pulau-pulau kecil adalah kebijakan indusrti tambang ekstraktif yang menghancurkan lingkungan seperti di Nusa Tenggara Timur.
Dampak perubahan iklim sekarang ini sudah dirasakan oleh masyarakat di NTT khususnya di wilaya pulau-pulau kecil dimana terjadi banjir bandang, musim hujan yang tidak menentu, kekeringan, tanah longsor, angin putting beliung serta lahan pertanian masyarakat tidak bisa dipanen akibat terendam banjir, kasus ini terjadi di pulau Sumba, Timor dan Flores.
Untuk mengatasi persoalan iklim yang ditimbulkan dari perilaku manusia dan kebijakan pembangunan kita perlu mempersiapkan diri dengan cara penanganan pada upaya untuk mengurangi sumber penyebab perubahan iklim dan mengurangi produksi karbon dengan cara menyusun perencanaan pembangunan dengan menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Adaptasi perubahan iklim merupakan startegi antisipasi dampak perubahan iklim. Selain itu perlu adanya didorong pengetahuan lokal masyarakat dalam upaya menekan laju perubahan iklim. Â
Deddy Febrianto Holo
Koordinator Divisi Perubahan Iklim dan Kebencanaan WALHI NTT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H