Mohon tunggu...
deddy Febrianto Holo
deddy Febrianto Holo Mohon Tunggu... Relawan - Semangat baru

Rasa memiliki adalah perlindungan alam yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Selamat datang Mr. President Jokowi di Tanah Humba

3 Juni 2022   10:19 Diperbarui: 3 Juni 2022   10:36 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DokPri/Masyarakat adat Sumba Timur membentangkan poster

Kunjungan presiden Jokowi di NTT menunjukan beragam eforia seluruh pimpinan menyambut orang nomor satu di RI dengan cara yang sangat memukau dengan pegelaran budaya yang indah. Momentum Hari Pancasila 1 Juni yang dilaksanakan di kabupaten Ende adalah sejarah penting bagi pemimpin di NTT untuk memaknai apakah kita sudah PANCASILAIS ?

NTT merupakan wilayah kepulauan yang saat ini sedang di kepung oleh berbagai investasi pertambangan, perkebunan dan industry pariwisata yang tentu saja menyisahkan potret gelap dari berbagai kebijakan pembangunan selama ini.

Ini salah satu bentuk protes warga di Sumba Timur pada saat kunjungan Jokowi di 2 Juni 2022,  warga berdiri dan membentang poster sebagai bentuk sikap atas segala kebijakan investasi khususnya di kabupaten Sumba Timur yang tidak memihak pada masyarakat adat dan kearifan lokal.

"TEMPAT RITUAL PENGHAYAT MARAPU RUSAK DEMI INVESTASI" ini salah satu pesan  penting  masyarakat adat kepada presiden RI dan seluruh pemimpin di NTT untuk lebih PANCASILAIS. Menghargai, menghormati dan melindungi nilai-nilai lokal yang ada di Indonesia, demikian pula dalam konstitusi RI.

Semangat hari Pancasila pada 1 Juni sejalan dengan semangat Hari Lingkungan Hidup Internasional pada 5 Juni 2022 oleh karena itu para pemimpin seharusnya memaknai semangat ini dengan menyelesaikan berbagai persoalan lingkungan di NTT, kebijakan pembangunan harus berlandaskan pada azas Pancasila agar tetap kokoh bukan sebaliknya melunturkan nilai-nilai Pancasila dengan mengabaikan hak-hak masyarakat adat dan lingkungan.

Semangat toleransi inilah yang perlu di bangun secara sadar dalam ruang kebijakan pembangunan di NTT. Kita tidak bisa melegalkan kebijakan lalu mengabaikan msyarakat. Ini pandangan keliru yang selama ini dipakai oleh para pemimpin di NTT atas nama pembangunan dan kesejahteraan. Lalu bagaimana dengan masyarakat yang menjadi korban kebijakan itu sendiri ?

Masyarakat adat di Sumba Timur hari ini mengalami krisis akibat investasi yang merusak tatanan budaya dan nilai lokal yang sudah ada ratusan tahun. Perlu kita cermati mengapa di Hari Pancasila para pemimpin di dorong untuk memiliki karakter Pancasilais yang memanusiakan manusia dan ekologi.

Aksi protes ini adalah bentuk perlawanan masyarakat adat atas pengabaian pemerintah mengurusi keselamatan warga dan kearifan lokal. Kita tidak bisa abai terhadap nilai-nilai ini karena dalam Pancasila semangat kemanusiaan, kesatuan dan keadilan itu melekat erat dan tidak bisa dibaikan dalam konteks pembangunan.

Semoga tempat peribadatan kepercayaan Marapu di tanah Sumba menjadi agenda penting bagi pemerintah agar dipulihkan, dilestarikan dan dilindungi, begitupun juga di level para pengambil kebijakan agar lebih menghargai kearifan lokal. Bagi saya ini sejarah kelam pembangunan di Sumba Timur karena mengabaikan budaya dan nilainya.

#HariPancasila
#HariLingkunganHidup

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun