Mohon tunggu...
deddy Febrianto Holo
deddy Febrianto Holo Mohon Tunggu... Relawan - Semangat baru

Rasa memiliki adalah perlindungan alam yang terbaik

Selanjutnya

Tutup

Indonesia Lestari Pilihan

WALHI NTT: Dorong Kesetaran Gender dalam Isu Lingkungan Hidup

29 Mei 2022   17:06 Diperbarui: 29 Mei 2022   17:38 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada 5 Juni 2022 nanti, kaum perempuan di dunia akan mengambil bagian dalam menyuarakan berbagai isu salah satunya terkait dengan krisis ekologi yang saat ini paling dirasakan oleh perempuan di dunia. 

Perempuan diperhadapkan pada situasi yang sangat sulit dalam mengontrol sumber daya alam serta mengakses sumber penghidupan lainnya.

Ketika alam rusak akibat berbagai kegiatan dan kebijakan di sisi lain kaum perempuan pun menjadi rentan dan tidak diperhatikan, sehingga tidak heran mengapa gerakan ekofeminisme berusaha menghapus segala bentuk ketidakadilan bagi alam dan perempuan.

Sejalan dengan itu Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan  (KLHK) akan membawa 6 isu lingkungan untuk dibahas dalam Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 yang akan di gelar November 2022 di Bali. 

Keenam isu tersubut antara lain land degradation, biodirversity loss, marine litter, water, sustainanble finance and marine protection. Oleh karena itu, di Hari Lingkungan Hidup Sedunia, peran perempuan perlu diperkuat untuk mendorong berbagai isu yang ada.

Secara internasional UNFCCC mengakui pentingnya kesetaraan pelibatan perempuan dan laki-laki, dalam kebijakan iklim yang responsif gender dan perubahan iklim, namun saat ini peran perempuan masih cenderung diabaikan baik di tingkat lokal maupun nasional. 

Hubungan perempuan dan lingkungan hidup kini banyak disuarakan melalui ekofeminisme yang menekankan pada lingkungan dan hubungan antara perempuan dan bumi.

Perempuan dan lingkungan hidup adalah sebuah perpaduan interaksi yang indah antara kearifan kaum hawa dengan manfaat terbaik dari alam. Perempaun dalam perannya sebagai pengelola rumah tangga seringkali memanfaatkan alam sebagai elemen pemenuhan kebutuhan hidup. 

Mengingat begitu pentingnya keberadaan alam dalam kehidupan keluarga, maka kaum perempuan pun harus menjaga keseimbangan alam.

Isu lingkungan hiudup di kalangan perempuan saat ini belum begitu menjadi isu yang dibicarakan oleh publik, bahkan dalam kebijakan pun peran perempuan dalam pengelolaan lingkungan hidup serta perlindungannya belum menjadi prioritas utama, seharusnya isu perempuan dan lingkungan khususnya di NTT mendapatkan tempat.

Menjelang HLH nanti, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) NTT menggelar diskusi "Perempuan dan Lingkungan Hidup" ini bertujuan agar kaum perempuan di seluruh Nusantara menjadi penggerak utama pelestarian lingkungan hidup di Indonesia.

Selain itu, diskusi ini diharapkan dapat mensinergiskan berbagai konsep dan menjadi sarana dialog serta mencari solusi pemecahan masalah terhadap hambatan atau kendala peran perempuan dalam lingkungan hidup. 

Titik temu antara perempuan dan lingkungan di kombinasikan ke dalam terminology yang sering kita sebut sebagai " Ekofeminsme" sebagai paham yang melihat keberdayaan perempuan di dalam mempertahankan lingkungan hidup sebagai interaksi saling tergantung yang autentik.

Perjuangan perempuan di bidang lingkungan hidup pada dasarnya bukan untuk membuat perempuan menjadi dominan, tujuan dari perjuangan ekofeminsme adalah untuk membuat seluruh masyarakat menyadari bahwa perempuan dan lingkungan hidup merupakan subjek yang juga layak mendapatkan tempat di sistem sosial ekologi.  


Melansir dari data Badan Nasional Penaggulangan Bencana menyatakan bahwa perempuan memiliki risiko 14 kali lebih tinggi menjadi korban bencana disbanding pria dewasa. Hal ini disebabkan karena naluri perempuan yang ingin melindungi keluarga dan anak-anaknya, sehingga seringkali membuat mereka mengabaikan keselamatan diri sendiri. Ini menunjukkan  betapa rentannya perempuan.


Regina Muki selaku Koordinator divisi Gender dan Lingkungan Hidup WALHI NTT, menyatakan bahwa peran perempuan dalam lingkungan harus menjadi gerakan besar bukan saja sebagai pelaku pemaulihan, namun perempuan harus membicarakan isu lingkungan hidup di ruang publik kebijakan. Apa lagi saat ini banyak hak-hak perempuan yang terabaikan dalam berbagai sektor kehidupan. “Ujar Regina”


Di samping itu, perempuan atau ibu merupakan media edukasi pertama dan utama bagi anak-anaknya. Melalui ibu, Pendidikan dan penyadartahuan tentang kepedulian terhadap lingkungan dapat ditanamkan pada anak-anak sejak dini. Dari penerapan pola hidup ramah lingkungan yang dilakukan dalam sebuah keluarga, anak akan terbiasa dalam menjaga lingkungannya. Jika kebiasaan dan kesadaran ini mengakar dalam diri anak-anak maka di masa depan akan terbentuk generasi yang peduli pada lingkungan.


Oleh karena itu, menjelang Hari Lingkungan Hidup Sedunia, WALHI NTT kembali mengajak seluruh elemen masyarakat khususnya kaum permpuan untuk bersolidaritas melawan dehumanisasi menuju keadilan ekologis di NTT, sekaligus mengingatkan kepada pemerintah selaku pengambil kebijakan untuk selalu memperhatikan kebutuhan dan hak kaum perempuan dalam urusan lingkungan hidup.

Temuan WALHI NTT selama ini kebijakan pembangunan seringkali mengabaikan kelompok perempuan, seperti yang terjadi di beberapa wilayah pesisir di NTT dimana industry pariwisata diduga telah meminggirkan perempuan pesisir dari ruang hidupnya.
Dengan digelarnya  diskusi “Perempuan dan Lingkungan”  pada momentum Hari Lingkungan Hidup Sedunia diharapkan dapat membangkitkan semangat perempuan Indonesia khususnya perempuan NTT untuk senantiasi menjaga dan melestarikan lingkungannya. 

Sudah saatnya perempuan mengambil peran besar dalam mewujudkan keadilan ekologi di NTT. Perempuan memiliki peran strategis untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, untuk mengawasi terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan. Perempuan dapat menjadi agent of change dan penentu kebijakan di dalam mengembangkan lingkungan yang responsif gender .


Regina Muki
Koordinator Divisi Gender dan Lingkungan Hidup WALHI NTT
Cp :082241394373

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Indonesia Lestari Selengkapnya
Lihat Indonesia Lestari Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun