Mohon tunggu...
Dwi Atmaja
Dwi Atmaja Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi musik

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Perempuan Muhammadiyah dalam Berbangsa dan Bernegara

26 April 2024   13:00 Diperbarui: 26 April 2024   13:42 1065
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar belakang


Sejak awal Kiai Haji Ahmad Dahlan mendorong perempuan untuk menempuh pendidikan, baik di pendidikan formal umum maupun keagamaan. Berbeda dengan konstruksi sosial saat itu menyatakan bahwa perempuan tidak perlu menempuh pendidikan secara formal. Tapi sebaliknya, KH Ahmad Dahlan mendorong anak gadis rekannya atau saudara teman-temannya untuk bersekolah. Para gadis inilah yang kemudian mengenyam pengkaderan ala KH Ahmad Dahlan juga temannya, serta Siti Walidah atau Nyai Dahlan.

Muhammadiyah adalah organisasi Islam yang cukup mapan
menempatkan perempuan setara dengan laki-laki. Kiai Ahmad Dahlan dibantu Nyai Walidah
menggerakkan perempuan untuk memperoleh ilmu, melakukan aksi sosial di luar rumah yang bisa
disebut radikal dan revolusioner saat itu. Kaum perempuan didorong meningkatkan kecerdasan
melalui pendidikan informal dan nonformal seperti pengajian dan kursus-kursus.

Banyak wanita masa kini memperjuangkan haknya karena mereka merasa norma agama menghambat kemajuan. Agama sering disalahartikan dan digunakan untuk melegitimasi budaya patriarki yang menempatkan laki-laki di atas perempuan. Ini adalah kesalahpahaman, karena Islam sejak awal telah menunjukkan komitmennya untuk memberdayakan perempuan.Gerakan wanita Islam memiliki banyak nilai positif. Perempuan yang mendapatkan akses pendidikan dapat berkarya di berbagai bidang dan mencapai banyak hal positif.Namun, penelitian tentang bagaimana gerakan wanita Islam berinteraksi dengan gerakan sosial lainnya masih terbatas. Kajian ini perlu dilakukan untuk memahami perkembangan gerakan wanita Islam secara menyeluruh.Perempuan Islam adalah garda depan dalam gerakan sosial. Mereka aktif dalam memahami dan menyelesaikan masalah perempuan, serta dalam memperjuangkan perubahan positif.Gerakan muslimah, baik individu maupun organisasi, telah memberikan pengaruh positif. Mereka mendorong perubahan ke arah yang lebih baik dalam berbagai bidang kehidupan.

Aisyiyah, organisasi wanita Islam terbesar di Indonesia, bergerak di bidang non-politik dan telah berkiprah di seluruh penjuru negeri. Awalnya bagian dari Muhammadiyah, Aisyiyah menjadi organisasi otonom di tahun 1952 karena kemandiriannya dalam mengelola organisasi.
Aisyiyah bertujuan untuk meningkatkan kesadaran beragama dan berorganisasi bagi para anggotanya. Organisasi ini mengajak para anggotanya untuk menciptakan "Baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur", yaitu kehidupan yang bahagia dan sejahtera di dunia dan akhirat, penuh limpahan rahmat Allah SWT.

*Rumusan Masalah :*
1.Bagaimana peran perempuan muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara ?
2.Bagaimana peran Aisyiyah sebagai  organisasi pemberdayaan perempuan ?

*Pembahasan*

Pembahasan
1.peran perempuan muhammadiyah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara

Aisyiyah, dengan tugas dan peran sederhana, telah banyak berkarya di berbagai bidang. Mereka bergerak di bidang pendidikan, kewanitaan, PKK, kesehatan, dan organisasi wanita. Pimpinan pusat Aisyiyah fokus pada pembinaan muslimah agar berpakaian muslimah yang baik, bermoral, dan bermental luhur. Mereka juga memberikan bimbingan perkawinan dan kerumahtangganan, tanggung jawab istri dalam dan di luar rumah tangga, motivasi keluarga sejahtera, keluarga bahagia, serta bimbingan pemeliharaan bayi sehat, keluarga berencana, dan berislam.
Aisyiyah bergerak dalam bidang dan organisasi gerakan putri Islam. Mereka aktif di bidang keagamaan, kemasyarakatan, dan keputrian. Juga memberikan terobosan baru dengan mengadakan kegiatan SP (Siswa Praja) wanita, mendomestifikasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah tangga, serta membekali wanita dan putri-putri Muhammadiyah dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan. Aisyiyah juga mengadakan tablig ke luar kota dan kampung-kampung, mengadakan kursus administrasi, dan ikut memasyarakatkan organisasi Muhammadiyah.

 Kegiatan SP (Siswa Praja) wanita merupakan terobosan inovatif dalam melakukan emansipasi wanita di tengah kultur masyarakat feodal saat itu. Kultur patriarkis mendominasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah tangga. Orang tua sering melarang anak perempuannya keluar rumah untuk aktivitas-aktivitas emansipatif. SP (Siswa Praja) wanita mendobrak kultur patriarkis dan feodal ini dengan membekali wanita dan putri-putri Muhammadiyah dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan.

 Prinsip gerakan Aisyiyah adalah membentuk pribadi putri Islam yang berarti bagi agama, keluarga, dan bangsa. Tujuan organisasi ini adalah menuju terwujudnya masyarakat utama, adil, dan makmur yang diridhai oleh Allah SWT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun