Mohon tunggu...
Tauhidin Ananda
Tauhidin Ananda Mohon Tunggu... Administrasi - Hari ini mimpi jadi kenyataan

pegiat sosial, hobi jalan-jalan kuliner dan nonton bola

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Rebut Masa Depan, Saatnya Milenial Jadi Pahlawan

11 November 2018   19:44 Diperbarui: 11 November 2018   20:16 239
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Generasi masa depan, atau generasi penerus bangsa atau bila meminjam istilah yang lebih kekinian, yaitu generasi millenial, tentu bila kita bicara tentang hal ini takkan lepas dari para pemuda masa kini yang banyak bergelut di berbagai bidang dengan peran aktifnya masing-masing. Walaupun masih berstatus pelajar SMP dan SMA, ataupun mahasiswa, hingga para pekerja dengan usia yang terbilang cukup muda di berbagai sektor dunia kerja.

Istilah generasi millenial memang akrab terdengar, bahkan dalam dunia politik Indonesia yang sedang hangat menuju panas, generasi ini diperebutkan suaranya oleh masing-masing kontestan, baik pemilihan legislatif maupun pemilihan presiden. Istilah ini diciptakan oleh dua pakar sejarah dan penulis Amerika, William Strauss dan Neil Howe dalam beberapa bukunya, dan aslinya berasal dari kata 'millennials'.

'The Millennial Generation' atau 'Generasi Y' yang juga akrab disebut 'Generation Me' atau 'Echo Boomers'. Namun, secara harfiah memang tidak ada pengkhususan demografi dalam penentuan kelompok generasi yang satu ini.

Lebih lanjut, para pakar menggolongkan generasi-generasi berdasarkan tahun awal dan tahun akhir. Generasi Y digolongkan bagi individu-individu yang lahir pada periode 1980-1990, atau pada awal 2000, dan demikian seterusnya.

Korporasi besar pun berupaya untuk menjaring generasi millenial ini sebagai konsumen produk mereka. Perusahaan multinasional Ericsson, pada awal 2016 mengeluarkan laporan 10 Tren Consumer Lab. Isinya coba untuk memprediksi beragam keinginan konsumen.

Laporan perusahaan multinasional yang menghasilkan berbagai macam produk telekomunikasi dan bermarkas di Stockholm ini lahir berdasarkan wawancara kepada 4.000 responden yang tersebar di 24 negara dunia. Uniknya, dari 10 tren tersebut, adalah adanya perhatian khusus terhadap perilaku generasi millenial.

Indonesia juga tidak ketinggalan. Campur tangan generasi millenial pun kian lekat di tengah maraknya era digital yang terus merambah hingga ke seluruh pelosok negeri. Sebut saja PT. Karya Anak Bangsa yang digagas Nadien Karim beserta kawan-kawannya. Perusahaan ini menelurkan salah satu aplikasi penunjang transportasi via online yang berhasil mengalahkan pemain-pemain lama. Bahkan, tidak puas di Indonesia, aplikasi online ini juga santer terdengar melebarkan sayapnya. Sejumlah negara di Asia Tenggara, seperti Vietnam dan Thailand tengah menjadi target ekspansi perusahaan ini.

Nah, pada momentum perayaan Hari Pahlawan, tentu keberhasilan-keberhasilan yang dicapai harus menjadi salah satu acuan generasi millenial, terutama dalam hal memandang peran pemuda mengisi pembangunan di negeri ini sebagai suatu bentuk pengabdian terhadap bangsa dan negara.

Pada masa kini, generasi millenial sudah tidak perlu lagi berjuang dengan peluh keringat, darah serta cucuran air mata. Revolusi fisik telah lama usai. Namun perjuangan meninggikan nama bangsa di kancah global tetap menjadi kebanggaan. Saat ini generasi millenial dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam mencari solusi di segala aspek kehidupan.

Tantangan yang dihadapi generasi millenial ini pun tidak ringan. Sebut saja, sejumlah insiden yang membuat miris hati. Generasi ini terbelenggu oleh sisi negatif globalisasi. Mulai dari tindakan kriminal seperti pencurian, pemerkosaan, pornografi dan pornoaksi hingga tawuran yang berujung kematian. Belum lagi bila kita menyebut narkoba yang tidak hanya meredupkan masa depan, tapi juga mematikan kehidupan, menghancurkan generasi.

Mahasiswa yang dulu dikenal sebagai pihak yang kritis terhadap penguasa, kini melempem nyaris tak terdengar di telinga masyarakat. Mahasiswa masa kini sudah disibukkan dengan ritual datang ke kampus, masuk kuliah, nongkrong di kantin, lalu pulang. Kepekaan itu telah lama hilang. Kepekaan yang sejatinya bisa menjadi sumber inspirasi dan solusi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun