Sementara, di Pilgub Jawa Barat kali ini, Tb Hasanuddin-Anton Charliyan sebagai pasangan calon yang diusung oleh PDIP hanya mampu meraup perolehan suara sebesar 12,65 persen. Di Jawa Tengah, perolehan suara pasangan calon PDIP, yaitu Ganjar Pranowo-Taj Yasin sebelumnya digembar-gemborkan mampu meraih suara diatas 60 persen, bahkan, menyebutkan angka 70 persen sebagai target awal PDIP.
Nyatanya, secara hitungan cepat, pasangan ini hanya mampu meraih suara 53,36 persen, jauh di bawah target awal yang telah ditetapkan. Sementara pasangan calon yang menjadi pesaingnya, yaitu Sudirman Said-Ida Fauziah mampu membalikkan prediksi dengan meraup sebesar 41,20 persen suara. Tentu saja, kenyataan ini membuat posisi dan kekuatan tawar-menawar PDIP mulai melemah di hadapan Jokowi, seiring dengan melemahnya pencapaian PDIP di Jabar dan Jateng.
Kenyataan pahit hasil Pilkada serentak yang baru saja berlalu, juga ditambah dengan posisi Jokowi yang seolah berjarak dengan PDIP. Suara-suara yang berkembang di masyarakat, entah bila hal tersebut berupa gosip atau pun tidak yang belum tentu kebenarannya, mengabarkan keretakan Jokowi dengan Megawati. Tentu saja hal tersebut cukup mengganggu.
Keretakan hubungan antara Jokowi dengan Megawati Soekarnoputri belakangan semakin menyeruak, dan hal tersebut cukup terlihat pada isu perbedaan dukungan Jokowi dan Megawati di Pilgub Jatim. Sebelumnya, Ahmad Basarah selaku Wasekjen PDIP memberikan kritik kepada Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto. Hal ini terkait ucapan Airlangga yang mengatakan Presiden Joko Widodo memberikan dukungan kepada Khofifah Indar Parawansa dalam Pilgub Jawa Timur saat kampanye akbar Pilgub Jatim di Probolinggo pada Sabtu, 23 Juni 2018.
Golkar beri jaminan dukungan dan stabilitas
Hal yang berbeda ditunjukkan Jokowi dengan Partai Golkar. Jokowi terlihat begitu mesra dengan Ketua Umum DPP Partai Golkar Airlangga Hartarto. Tidak hanya dengan ketua umumnya, Jokowi juga akrab dengan Partai Golkar. Berulang kali politisi Partai Golkar langsung membela Joko Widodo ketika beliau diserang oleh oposisi. Masih ingat ketika beberapa kali politisi dari Gerindra, PKS ataupun Amien Rais menyerang Joko Widodo. Yang paling nyaring membela Jokowi adalah para politisi dari Partai Golkar, bukan dari PDIP.
Selain dukungan dari Partai Golkar, bentuk dukungan terhadap Jokowi pun banyak bermunculan dari para relawan. Sebut saja Relawan Gojo (Golkar Jokowi), Jangkar Bejo (Jaringan Kerja Rakyat Bersama Jokowi) intensif menyuarakan keberhasilan-keberhasilan yang telah dicapai selama Joko Widodo memerintah pada periode 2014-2019.
Dukungan luas dari Partai Golkar ini tentu saja akan memberikan stabilitas dalam menjalankan program-program pembangunan Presiden Joko Widodo.
Pengalaman Airlangga faktor krusial
Padatnya program pembangunan yang sedang dikerjakan oleh pemerintahan Jokowi-JK harus dilanjutkan dan dituntaskan. Jokowi membutuhkan sosok yang telah paham tentang program-programnya. Posisi Airlangga Hartarto sebagai Menteri Perindustrian di Kabinet Kerja ini membuatnya dapat memahami secara mendalam program-program tersebut. Airlangga akan memegang peranan penting mengawal program-program pembangunan dan akan memastikannya berjalan lancar.