Banyak nilai-nilai kemanusiaan yang hadir didalam keseharian hidup kita. Terkadang momen-momen tersebut luput dari pantauan kita dan terlewati begitu saja. Namun di tangan sineas-sineas muda yang unjuk gigi di ajang Festival Film Pendek Indonesia 2016 nilai-nilai kemanusiaan itu dibingkai menjadi karya berupa film pendek yang sungguh kreatif. 10 film pendek terbaik hasil karya pelajar dan mahasiswa inilah yang tersaji apik dalam gelaran final Festival Film Pendek (FFPI) persembahan Kompas TV.
Bertempat di Bentara Budaya Jakarta, Jumat (20/1), Gelaran final FFPI 2016 yang tahun ini mengangkat tema “Humanisme” diselenggarakan. I Love Me karya mahasiswa Institut Kesenian Jakarta terpilih menjadi yang terbaik untuk kategori mahasiswa. Sementara film pendek Izinkan Saya Menikahinya karya siswa-siswa SMA Rembang, Purbalingga, menjadi yang terbaik di kategori pelajar.
Dari segi cerita yang diangkat, saya melihat film-film yang menjadi finalis FFPI 2016 memotret sisi-sisi kemanusiaan yang menarik dari berbagai daerah yang ada di Indonesia. Film Merengguk Asa di Teluk Jakarta, misalnya. Film ini bercerita tentang manusia perahu yang mengais rezeki dengan mencari ikan di kawasan Teluk Jakarta. Suka duka dan keseharian nelayan yang berjuang mencari nafkah demi sekolah anaknya ini tertuang dalam frame demi frame di film pendek karya mahasiswa-mahasiswa Universitas Negeri Jakarta ini.
Selain Merengguk Asa di Teluk Jakarta, film Terminal menurut saya juga membingkai nilai-nilai kemanusiaan yang ada di terminal. Dikisahkan betapa seorang anak jalanan mengidam-idamkan dapat mencicipi sepotong roti enak dari salah seorang pengunjung terminal. Momen pun datang, ketika barang sang pengunjung tertinggal, sang anak jalanan pun berlari menghampiri sang pengunjung seraya mengembalikan barangnya yang tertinggal. Kesempatan mencicipi enaknya roti pun akhirnya kesampaian ketika pengunjung tadi memberikan roti kepada anak jalanan sebagai wujud terima kasih. Gambaran kerasnya kehidupan di terminal sedikit banyak tergambarkan dengan mulus di film karya siswa SMK Negeri 2 Kuripan, Nusa Tenggara Barat, ini.
Nilai-nilai kemanusiaan yang bersinggungan dengan kehidupan kekinian juga berhasil disajikan secara apik oleh Mahasiswa Universitas Bina Nusantara dalam film berjudul Di Ujung Jari. Dalam film ini tergambar bagaimana seorang mahasiswa dari mulai bangun tidur sampai tidur kembali tidak bisa lepas dari gadgetnya. Update status di sosial media sampai chat dengan teman-teman sepergaulan semuanya dilakukan dengan gadget kesayangannya. Bahkan saking asyiknya, sang mahasiswa sampai melupakan lingkungan sosial di sekelilingnya. Sampai suatu hari gadgetnya pun dijambret rampok dan sang mahasiswa pun meratapi nasibnya. Namun dibalik hilangnya gadget, sang mahasiswa seperti mendapatkan hikmah dengan lebih mengenal orang-orang yang selama ini ada dalam kesehariannya. Mungkin cerita ini juga melekat dalam kehidupan kita sehari-hari dimana tanpa sadar kita asyik sendiri dengan gadget ditangan tanpa pernah peduli seperti apa lingkungan masyarakat di sekitar kita.
Penyelenggaraan final FFPI 2016 ini memang sedikit berbeda dengan penyelenggaraan tahun lalu. Tahun ini menurut saya lebih bervariasi genre filmnya. Kehadiran film Different yang bergenre animasi serta Di Ujung Jari yang mengangkat tema gaya hidup kekinian membuat film-film yang menjadi finalis tahun ini terlihat begitu beragam. Para undangan yang hadir dalam gelaran final ini disajikan film-film bermutu dengan beragam cerita yang ciamik dan dikemas dengan gambar-gambar yang dibingkai dengan teknik yang apik.
Berikut hasil lengkap film pendek terbaik Festival Film Pendek Indonesia 2016
Kategori Pelajar :