Mohon tunggu...
Tauhid Patria
Tauhid Patria Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Menulis apa saja kan suka-suka saya

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tidak Buang Sampah Sembarangan, Langkah Sederhana Buat Indonesia Bersih

5 Oktober 2016   23:18 Diperbarui: 5 Oktober 2016   23:31 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ibu Ara dari Kemenko Kemaritiman sedang memberikan informasi seputar GBBS kepada Kompasiana

“Indonesia merupakan negara penghasil sampah nomor dua di dunia” itulah pernyataan pembukaan yang disampaikan Musyarafah Machmud selaku Wakil Ketua Satuan Tugas Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS) dalam acara Kompasiana Nangkring bersama Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman RI di Swiss Belhotel Kemang, Jakarta. Pernyataan sekaligus fakta yang sangat memprihatinkan ini membuat saya dan tentu kita semua sebagai masyarakat Indonesia prihatin.

Saat ini, Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman sedang mengkampanyekan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS) sebagai suatu gerakan untuk masyarakat menjaga kebersihan di lingkungannya. Gerakan yang diluncurkan pada 9 September 2015 ini juga mengajak masyarakat untuk tetap bersikap ramah melalui senyuman. Keprihatinan melihat Indonesia menjadi negara penghasil sampah nomor 2 di dunia menjadi latar belakang terbentuknya gerakan ini.

Musyarafah Machmud mengungkapkan, sebagai negara yang menjadi salah satu tujuan pariwisata di dunia, Indonesia memang selalu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke sini. Namun bila di Indonesia bertebaran sampah dimana-mana tentu saja ini akan membuat image negatif untuk pariwisata Indonesia. Padahal menurut Ibu Ara, sapaan akrab Musyarafah Machmud, Tahun 2020 sektor pariwisata diharapkan jadi sektor penerimaan devisa terbesar di Indonesia.

Dengan adanya GBBS ini, diharapkan bisa mengajak masyarakat untuk tergerak hatinya membersihkan sampah-sampah yang ada dilingkungannya.  Gerakan ini menjangkau semua daerah mulai dari perkotaan hingga pedesaan. Untuk itu, menurut Ibu Ara, relawan menjadi garis depan untuk mensosialisasikan gerakan GBBS ini. 

Nah Salah satu yang diharapkan bisa mensosialisasikan program ini adalah blogger  kompasiana. Lewat tulisan-tulisan di Kompasiana, blogger  melalui tulisan diharapkan bisa mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungannya. Selain bersih,  jangan  lupa juga untuk senyum agar wisatawan yang datang senang berada di Indonesia.

Ibu Ara dari Kemenko Kemaritiman sedang memberikan informasi seputar GBBS kepada Kompasiana
Ibu Ara dari Kemenko Kemaritiman sedang memberikan informasi seputar GBBS kepada Kompasiana
Ibu Ara mencontohkan sebuah desa di Bali bernama Desa Panglipuran menjadi desa yang bersih dan menjadi salah satu desa terbersih di didunia. Desa Penglipuran, Menurut Ibu Ara, memiliki masyarakat yang sadar akan kebersihan. Hal ini bisa terlihat dari sikap dan perilaku masyarakatnya yang selalu menjaga kebersihan di desanya. Tidak mengherankan desa ini menjadi salah satu desa paling bersih di dunia.

Lalu bagaimana dengan kita ??? Berdiam diri maupun berkomentar menyalahkan pemerintah bukanlah jalan keluar. Saya sendiri lebih memilih untuk tidak membuang sampah sembarangan sebagai langkah sederhana dalam keseharian hidup saya. Misalkan saja, sampah seperti botol air mineral maupun plastik pembungkus produk yang saya beli sebisa mungkin saya tidak membuangnya sembarangan.

Saya memilih untuk mencari tempat sampah.Kalaupun di sekitar saya tidak ada tempat sampah, saya akan memasukannya ke dalam tas. Ketika nanti saya melihat ada tempat sampah, maka akan saya buang botol kosong dan plastik tersebut. Begitupun dengan sampah-sampah kertas seperti bon belanjaan maupun struk pengambilan ATM, saya selalu membuangnya di tempat sampah.

Sampah-sampah botol yang saya kumpulkan di rumah (dokpri)
Sampah-sampah botol yang saya kumpulkan di rumah (dokpri)
Tidak hanya itu, saya dan keluarga juga setiap hari menghasilkan sampah rumah tangga. Tentu saja, saya harus bertanggung jawab dengan sampah yang saya hasilkan. Kalau saya boleh bercerita, di rumah saya mengumpulkan sampah-sampah seperti botol minuman dan plastik bekas kemasan produk untuk didaur ulang kembali di bank sampah yang ada di sekitaran rumah. Oleh bank sampah, botol-botol serta plastik bekas kemasan produk ini diolah kembali menjadi barang-barang seperti dompet dan tas yang  memiliki nilai ekonomis.

Dompet yang terbuat dari sampah plastik kemasan produk minuman (dokpri)
Dompet yang terbuat dari sampah plastik kemasan produk minuman (dokpri)
Saya mencoba membangun kesadaran dalam diri saya untuk tidak mengotori negara tempat saya tinggal. Apalagi saya melihat kebiasaan buruk masyarakat kita membuang sampah sembarangan masih terus terjadi. Himbauan hingga terjadinya bencana alam seperti banjir yang sering terjadi  pun seperti tidak membuat masyarakat sadar akan kebersihan lingkungan. Bahkan, baru-baru ini terjadi  bencana alam banjir bandang menimpa Garut yang membuat kita semua prihatin melihat banyaknya korban yang berjatuhan.

Saya berangan-angan, seandainya masyarakat kita memiliki kesadaran sedikit saja untuk menjaga kebersihan lingkungannya, mungkin bencana alam seperti banjir bandang tidak akan menimpa masyarakat kita. Langkah kecil dan sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan mungkin menjadi hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga wilayah kita tetap bersih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun