“Indonesia merupakan negara penghasil sampah nomor dua di dunia” itulah pernyataan pembukaan yang disampaikan Musyarafah Machmud selaku Wakil Ketua Satuan Tugas Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS) dalam acara Kompasiana Nangkring bersama Kementerian Koordinator bidang Kemaritiman RI di Swiss Belhotel Kemang, Jakarta. Pernyataan sekaligus fakta yang sangat memprihatinkan ini membuat saya dan tentu kita semua sebagai masyarakat Indonesia prihatin.
Saat ini, Pemerintah melalui Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman sedang mengkampanyekan Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS) sebagai suatu gerakan untuk masyarakat menjaga kebersihan di lingkungannya. Gerakan yang diluncurkan pada 9 September 2015 ini juga mengajak masyarakat untuk tetap bersikap ramah melalui senyuman. Keprihatinan melihat Indonesia menjadi negara penghasil sampah nomor 2 di dunia menjadi latar belakang terbentuknya gerakan ini.
Musyarafah Machmud mengungkapkan, sebagai negara yang menjadi salah satu tujuan pariwisata di dunia, Indonesia memang selalu menjadi daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke sini. Namun bila di Indonesia bertebaran sampah dimana-mana tentu saja ini akan membuat image negatif untuk pariwisata Indonesia. Padahal menurut Ibu Ara, sapaan akrab Musyarafah Machmud, Tahun 2020 sektor pariwisata diharapkan jadi sektor penerimaan devisa terbesar di Indonesia.
Dengan adanya GBBS ini, diharapkan bisa mengajak masyarakat untuk tergerak hatinya membersihkan sampah-sampah yang ada dilingkungannya. Gerakan ini menjangkau semua daerah mulai dari perkotaan hingga pedesaan. Untuk itu, menurut Ibu Ara, relawan menjadi garis depan untuk mensosialisasikan gerakan GBBS ini.
Nah Salah satu yang diharapkan bisa mensosialisasikan program ini adalah blogger kompasiana. Lewat tulisan-tulisan di Kompasiana, blogger melalui tulisan diharapkan bisa mengajak masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungannya. Selain bersih, jangan lupa juga untuk senyum agar wisatawan yang datang senang berada di Indonesia.
Lalu bagaimana dengan kita ??? Berdiam diri maupun berkomentar menyalahkan pemerintah bukanlah jalan keluar. Saya sendiri lebih memilih untuk tidak membuang sampah sembarangan sebagai langkah sederhana dalam keseharian hidup saya. Misalkan saja, sampah seperti botol air mineral maupun plastik pembungkus produk yang saya beli sebisa mungkin saya tidak membuangnya sembarangan.
Saya memilih untuk mencari tempat sampah.Kalaupun di sekitar saya tidak ada tempat sampah, saya akan memasukannya ke dalam tas. Ketika nanti saya melihat ada tempat sampah, maka akan saya buang botol kosong dan plastik tersebut. Begitupun dengan sampah-sampah kertas seperti bon belanjaan maupun struk pengambilan ATM, saya selalu membuangnya di tempat sampah.
Saya berangan-angan, seandainya masyarakat kita memiliki kesadaran sedikit saja untuk menjaga kebersihan lingkungannya, mungkin bencana alam seperti banjir bandang tidak akan menimpa masyarakat kita. Langkah kecil dan sederhana seperti tidak membuang sampah sembarangan mungkin menjadi hal yang bisa kita lakukan untuk menjaga wilayah kita tetap bersih.
Bila wilayah kita sendiri sudah bersih, kita berharap semoga bisa menular ke wilayah-wilayah lain. Pada akhirnya bila kesadaran ini sudah terbangun, maka kita boleh berharap membuat negara Indonesia tercinta ini menjadi bersih. Predikat negara penghasil sampah pun Insya Allah bisa menjauh dan hilang dari republik ini. Kalau sudah begini, laksana senyum-senyum akan mengembang di wajah masyarakat Indonesia dan membuat wisatawan betah berlama-lama di Indonesia karena kebersihan dan keramahan masyarakatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H