Mohon tunggu...
Tauhid Patria
Tauhid Patria Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Menulis apa saja kan suka-suka saya

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Inilah 3 Tantangan yang Dihadapi Investasi Migas di Indonesia

11 September 2016   13:58 Diperbarui: 11 September 2016   15:17 446
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perijinan yang sulit menjadi hal yang disoroti dalam nangkring bersama SKK Migas (dokpri)

Jumat (26/8) kemarin, Suasana Rarampa Culinary, Mahakam, Jakarta Selatan, mendadak berubah menjadi serius. Kali ini restoran yang menyajikan menu-menu khas Manado kedatangan sekitar tiga puluhan kompasiana untuk menghadiri acara nangkring bersama SKK Migas yang mengangkat tema Ada Apa Dengan Investasi Hulu Migas. Hadir sebagai pembicara Taslim Z Yunus Kepala Bagian Hubungan Masyarakat SKK Migas dan Meity, Direktur Eksekutif Indonesian Petroleum Association/IPA.

Dalam acara ini kedua pembicara menyoroti mengenai tantangan yang dihadapi dunia migas dalam beberapa tahun belakangan ini. Sebagai praktisi dunia perminyakan, Meity menyoroti beberapa masalah yang membuat investasi hulu migas saat ini masih menjadi momok bagi investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia.

Kira-kira apa saja tantangan yang harus dihadapi dunia investasi hulu migas di Indonesia, berikut ini 5 hal yang menjadi sorotan Meity dan Taslim Z Yunus terhadap iklim investasi hulu minyak dan gas bumi  (Migas) di Indonesia.

  1. Pengurusan Ijin yang Sulit

Pengurusan ijin yang sulit masih menjadi masalah terbesar di dunia perminyakan Indonesia. Birokrasi yang bertele-tele dan banyak melibatkan banyak pihak baik di pusat dan daerah dalam mengurus ijin menjadi kendala utama bagi dunia investasi perminyakan di Indonesia. Meity mengungkapkan, seharusnya begitu dapat lapangan produksi, kita sudah harus ekplorasi. Namun yang terjadi, semua itu terhalang oleh kendala perijinan yang lama dan berbelit-belit. Ijin yang sulit tentu saja akan mengganggu iklim investasi untuk industri hulu migas di Indonesia.

Meity  bercerita, jika lapangan produksi biasanya baru bisa produksi setelah kurang lebih 15 tahun lamanya kita melakukan eksplorasi dan untuk ukuran dunia, ukuran selama itu di Indonesia masuk kategori kurang baik. Padahal, Meity melanjutkan, perusahaan yang melakukan eksplorasi belum tentu menemukan kandungan minyak dalam kegiatannya. Semuanya serba beresiko dalam kegiatan bisnis perminyakan ini.  “Kalau dahulu, perijinan hanya lewat satu kementerian saja tapi sekarang harus melewati beberapa kementerian” ungkap Meity di depan sekitar 40-an kompasioner yang hadir di Rarampa Culinary, Mahakam Jaksel.

  2.   Sumber  Kilang Minyak Baru Belum ditemukan

Tantangan lain yang dihadapi dunia perminyakan Indonesia adalah masalah sumber kilang minyak baru yang belum ditemukan. Selama ini menurut Kepala Bagian Hubungan Masyarakat SKK Migas, Taslim Z Yunus, kilang-kilang minyak baru banyak ditemukan, namun hanya skala-skala kecil saja. Selain itu, biaya produksi yang harus dikeluarkan untuk produksi juga tidaklah murah. “Sudah waktunya mahal, biaya produksinya juga tidak murah” ungkap Taslim.

Taslim juga bercerita, tantangan yang saat ini dihadapi adalah harga minyak yang rendah dan kita harus menemukan sumber minyak baru untuk kita eksplorasi. “Menemukan sumur baru yang besar dan menghasilkan banyak minyak menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi saat ini untuk mencukupi cadangan minyak yang sudah mulai berkurang” kata Taslim.   

Sumber minyak baru yang belum ditemukan menjadi salah satu tantangan dunia perminyakan (sumber, ekplorasi.id)
Sumber minyak baru yang belum ditemukan menjadi salah satu tantangan dunia perminyakan (sumber, ekplorasi.id)
Taslim mencoba kilas balik ke sekitar tahun 2010. Saat itu menurutnya belum banyak biaya macam-macam dalam produksi minyak, namun sekarang banyak sektor pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh para investor. “Bisnis minyak bukanlah bisnis yang murah, butuh uang banyak untuk bisa memproduksi minyak” ungkap Taslim.

Lebih lanjut Taslim mengungkapkan jika ada tahapan-tahapan dalam eksplorasi perminyakan yang banyak beresiko untuk para investor. Belum tentu ketika sudah melakukan eksplorasi, kita pasti sudah dapat minyak yang kita cari.

 3. Cadangan Minyak yang Menipis

Seperti kita tahu, dari hari ke hari cadangan minyak Indonesia semakin menipis. Untuk itu, salah satu jalan yang harus dilakukan adalah dengan meningkatkan eksplorasi agar kebutuhan energi 10 tahun kedepan bisa terpenuhi. Menurut catatan SKK Migas sejak tahun 2001 jumlang kilang minyak yang ditemukan sebanyak 648 titik lokasi. Namun semua kilang minyak tersebut menurut Taslim hanya skala kecil yang tersebar di banyak wilayah Indonesia.

Nah bagaimana ke depannya kita bisa menemukan kilang-kilang minyak baru untuk memenuhi cadangan minyak yang semakin menipisi ini. Saat ini menurut Taslim minyak yang kita gunakan merupakan cadangan minyak yang sudah kita temukan sebelumnya. Tapi tanpa cadangan migas yang mumpuni, maka suatu saat minyak kita akan habis. Taslim menambahkan, Pemerintah sendiri membuat kebijakan untuk sumber energi perlahan-lahan mulai dialihkan ke gas. Langkah ini diambil agar ketergantungan kepada minyak bisa dikurangi untuk menjaga cadangan minyak kita tetap terjaga.

Perijinan yang sulit menjadi hal yang disoroti dalam nangkring bersama SKK Migas (dokpri)
Perijinan yang sulit menjadi hal yang disoroti dalam nangkring bersama SKK Migas (dokpri)
Dari ketiga tantangan ini, rasanya menurut saya yang paling mempengaruhi iklim investasi hulu Migas dan penting untuk dibenahi adalah masalah perijinan yang sulit. Seperti kita tahu, masalah birokrasi di Indonesia memang masih menjadi kendala bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Pemerintahan Jokowi melalui Kabinet Kerjanya saat ini terus melakukan terobosan agar mempermudah masuknya investor ke Indonesia.

Satu yang harus dilakukan adalah koordinasi antara pusat dan daerah harus diperbaiki untuk masalah perijinan ini. Jangan sampai, para investor di dunia minyak ini menunggu terlalu lama untuk melakukan eksplorasi padahal sumur minyak baru sudah ditemukan. Seperti diungkapkan Ibu Meity, diperlukan waktu sekitar 15 tahun untuk menghasilkan sumber minyak baru dari kegiatan eksplorasi. Sekarang bagaimana mau eksplorasi kalau perusahaan itu tidak memiliki ijin untuk kegiatan eksplorasi. Kalau sudah begini, menemukan kilang besar untuk memenuhi cadangan minyak hingga tahun 2025 mungkin hanya isapan jempol belaka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun