Mohon tunggu...
Tauhid Patria
Tauhid Patria Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Menulis apa saja kan suka-suka saya

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Masih Relevankah Sandiwara Radio sebagai Sarana Sosialisasi Bencana?

2 September 2016   17:05 Diperbarui: 2 September 2016   17:44 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para pemeran sandiwara radio sedang berdialog memerankan karakternya dihadapan kompasiana (dokpri)

Sandiwara radio pernah mengalami masa jaya di era 80an hingga 90an awal. Judul-judul seperti Tutur Tinular dan Saur Sepuh pernah begitu akrab di telinga kita. Kita saat itu seperti tidak mau keluar rumah untuk mendengarkan episode demi episode sandiwara radio di radio kesayangan. Bahkan semua tokoh dalam sandiwara radio seperti tokoh Mantili dan Arya Kamandanu semua kita hafal diluar kepala. Namun seiring perkembangan waktu, pelan-pelan kepopuleran sandiwara radio mulai pudar seiring dengan budaya pop yang dibawa generasi MTV di pertengahan tahun 90-an.

Kini, perlahan-lahan sandiwara radio kembali diangkat ke permukaan untuk memunculkan kembali kenangan para pecinta sandiwara radio. Adalah Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang mencoba menghidupkan kembali sandiwara radio lewat sebuah roman bersejarah berjudul Asmara di Tengah Bencana (ADB) karya S Tidjab. BNPB sendiri memiliki misi lewat sandiwara radio ini untuk melakukan sosialisasi terhadap penanganan bencana di wilayah Indonesia. Inilah yang dibahas dalam acara Nangkring bersama BNPB yang mengangkat tema Siaga Bencana Melalui Media Sandiwara Radio.

Pertanyaannya, masih relevankah sandiwara radio menjadi media untuk sosialisasi penanganan bencana di era sekarang ini?. Untuk menjawab pertanyaan ini, seorang praktisi radio, Achmad Zaini, pembicara dalam nangkring bersama BNPB, mengungkapkan, sandiwara radio dahulu memang menjadi primadona bagi masyarakat yang tinggal di pelosok. Zaini menyebutkan jika kekuatan sandiwara radio terletak pada ceritanya yang menarik. “Radio menjadi media yang efektif untuk menjangkau masyarakat di daerah terpencil” ungkap Zaini dihadapan tiga puluhan kompasioner yang hadir di acara nangkring bersama BNPB di Hotel Dafam, Cawang, Jakarta Timur ini.

Para pemeran sandiwara radio sedang berdialog memerankan karakternya dihadapan kompasiana (dokpri)
Para pemeran sandiwara radio sedang berdialog memerankan karakternya dihadapan kompasiana (dokpri)
Untuk saat ini, menurut Zaini, sandiwara radio masih memiliki penggemar setianya. Bahkan radio anak muda sekelas Prambors dan Gen FM pun memutar sandiwara radio saat bulan Ramadhan tiba. Sifat radio yang sangat personal dan hampir setiap keluarga memiliki radio di rumah menjadi alasan Zaini jika sandiwara radio masih memiliki penggemar hingga saat ini. “Imajinasi adalah segalanya dalam sandiwara radio”. Kata Zaini dengan penuh keyakinan.

Dalam kesempatan itu, Zaini juga memberikan masukan bagaimana agar sandiwara radio bisa mengena sasaran yang tepat. Pertama, Survei program. Survei program perlu dilakukan untuk mencari tahu apakah sandiwara radio ini didengarkan masyarakat. Survei ini  menurut Zaini bisa dilakukan ke beberapa komunitas sandiwara radio yang ada di beberapa daerah. “Sebelum diputar, sebaiknya dilakukan survey terlebih dahulu ke pendengar mengenai sandiwara radio yang nantinya akan diputar di radio kesayangan mereka” ungkap Zaini.

Kedua, Jam siaran. Jam siaran menjadi faktor penting  apakah sandiwara radio itu didengarkan masyarakat atau tidak. Saat jam istirahat selepas bekerja menurut Zaini  menjadi waktu yang efektif untuk memutar sandiwara radio. “Untuk masyarakat yang tinggal di pelosok, Saat santai bersama keluarga setelah seharian kerja di sawah menjadi waktu yang tepat untuk memutar sandiwara radio” kata Zaini seraya memberikan masukan.

Ketiga, pemilihan karakter suara harus disesuaikan dengan cerita sandiwara radio yang dimainkan. Zaini disini menekankan pada pemilihan karakter suara dari setiap pemain agar dapat membius pendengar untuk terus menyimak jalan cerita dalam sandiwara radio.

Keempat, faktor iklan juga sedikit banyak mempengaruhi pendengar sandiwara radio. Sepanjang sandiwara radio berlangsung menurut Zaini sebaiknya tidak usah ada iklan. Karena pada dasarnya kebanyakan  pendengar radio tidak suka iklan diputar di radio.

Kelima, perlu adanya kerjasama dengan radio-radio komunitas. Radio komunitas memegang peranan penting untuk menjangkau masyarakat di pelosok-pelosok. Untuk itu menurut Zaini diperlukan kerjasama dengan mereka agar sandiwara radio ini sukses dan banyak didengarkan masyarakat.

Sementara Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, menjelaskan alasan mengapa sandiwara radio dipilih untuk sarana sosialisasi terhadap penanganan bencana di wilayah Indonesia. Menurut Sutopo, Selama ini media memegang peranan penting dalam membantu menyelesaikan masalah bencana alam di Indonesia. “Ketika bencana datang, semua media langsung menelepon saya untuk mendapatkan update terbaru tentang bencana. Ini tentu saja sangat membantu untuk penanganan bencana dan menggerakan semua pihak untuk membantu” ungkap Sutopo.

Melihat peranan media yang begitu besar, Sutopo mengungkapkan, bagaimana media juga bisa membantu melakukan sosialisasi siaga bencana kepada masyarakat yang tingal di pelosok-pelosok. Selain melalui film, sosialisasi siaga bencana juga dilakukan BNPB melalui sandiwara radio. Dipilihnya sandiwara radio, menurut Sutopo, karena bisa menjangkau seluruh lapisan masyarakat, termasuk masyarakat yang tinggal di pelosok-pelosok.

Sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana sendiri bercerita mengenai dua remaja yang memadu kasih dengan latar belakang tragedi bencana gunung berapi. Menurut sang sutradara, Haryoko, tema bencana yang dibalut cerita romantis menjadi tema yang digemari masyarakat. “Asmara di Tengah Bencana ini mengingatkan kita pada cerita Saur Sepuh yang pernah popular di tahun 80-an” ungkap Haryoko.

Penulis sandiwara radio yang terkenal dengan serial Tutur Tinular, S Tidjab, dipilih menjadi penulis cerita Asmara di Tengah Bencana. S Tidjab sendiri bukan nama asing di dunia sandiwara radio. Dia adalah orang dibalik suksesnya cerita sandiwara radio Tutur Tinular yang mengangkat nama tokoh Arya Kamandanu di tahun 1989. Sandiwara radio yang dipancarluaskan di 512 stasiun radio di Indonesia ini sangat sukses didengarkan oleh ribuan pendengar di seluruh Indonesia.

Ivone Rose menjadi salah satu pemeran dalam sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana (dokpri)
Ivone Rose menjadi salah satu pemeran dalam sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana (dokpri)
Untuk para pemain sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana ini juga melibatkan nama-nama terkenal di panggung sandiwara radio. Salah satunya Ivone Rose, yang dahulu terkenal menjadi pengisi suara untuk tokoh Lasmini dalam sandiwara radio Saur Sepuh. Selain Ivone Rose, ada juga nama-nama seperti Nanang Kasila, Ajeng, Harry Laksono, Eddie Dhosa, yang sudah malang-melintang didunia sandiwara radio.

Foto bersama sutradara, penulis dan pemeran sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana (dokpri)
Foto bersama sutradara, penulis dan pemeran sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana (dokpri)
Sandiwara radio Asmara di Tengah Bencana yang berdurasi 30 menit ini akan mulai tayang pada 18 Agustus 2016 di 20 stasiun radio yang tersebar di Pulau Jawa. Beberapa stasiun radio yang memutar sandiwara radio ini antara lain, GE FM, Madiun, Gema Surya FM, Ponorogo, Soka FM, Jember. Persatuan FM, Bantul, dan Gamma FM, Majalengka.Sandiwara Radio Asmara di Tengah Bencana memiliki 50 episode dan akan diputar hingga sekitar akhir bulan September ini.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun