Mohon tunggu...
Tauhid Patria
Tauhid Patria Mohon Tunggu... Administrasi - karyawan swasta

Menulis apa saja kan suka-suka saya

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Napak Tilas Sejarah di Pulau Onrust, Bidadari, dan Kelor

27 Oktober 2015   17:49 Diperbarui: 27 Oktober 2015   18:41 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Pulau Onrust menjadi salah satu pulau yang memiliki sejarah panjang pendudukan Belanda di Batavia"][/caption]Sebelum menyerang Jayakarta (kini Jakarta) dahulu Belanda lewat VOC nya menjadikan Pulau Onrust sebagai titik untuk membangun kekuatan. Setelah kekuatan untuk menyerang Jayakarta sudah terbangun, kemudian di tahun 1619 VOC akhirnya berhasil menaklukan Jayakarta dan mengganti namanya menjadi Batavia. Itulah sepenggal sejarah dari pulau yang menjadi saksi keberadaan Belanda di Indonesia ini. Pulau ini juga menjadi salah satu pulau di Kawasan Teluk Jakarta yang Saya bersama 18 kompasianer lainnya kunjungi akhir pekan lalu dalam acara Eksplorasi Pesona Bahari, Pesona Indonesia, bersama Kementerian Pariwisata dan Kompasiana.

Menginjakan kaki di pulau yang memiliki nama lain Pulau Kapal ini memang masih terlihat sisa-sisa peninggalan Belanda yang pernah menguasai pulau ini. Sisa reruntuhan bangunan masih dibiarkan di beberapa sudut pulau ini seperti pernah bercerita era kejayaan penjajah dari negeri kincir angin di bumi nusantara. Reruntuhan tembok-tembok bangunan tua seperti menjadi saksi dahulu Pulau Onrust menjadi salah satu pertahanan tangguh VOC di Teluk Jakarta. Menurut Bapak Candrian Attahiyyat, seorang Arkeolog yang menjadi teman berdiskusi mengenai sejarah di 3 pulau ini, Pulau Onrust memang digunakan Belanda sebagai pos pertahanan untuk mempertahankan Batavia dari serangan musuh di sektor timur. Sementara untuk wilayah Barat, Pulau Edam dipilih untuk menjadi pos pertahanan.

[caption caption="Sisa-sisa reruntuhan bangunan yang masih tersisa di Pulau Onrust"]

[/caption]

[caption caption="Arkeolog Bapak Candrian yang sedang berbagi pengetahuan kepada kompasiana tentang Pulau Onrust"]

[/caption]

[caption caption="Pulau Onrust menjadi titik bagi Belanda untuk konsolidasi sebelum menyerang Batavia"]

[/caption]

Dalam perkembangannya, Pulau Onrust tidak hanya dijadikan pos pertahanan namun juga berkembang menjadi pelabuhan transit untuk komoditas rempah-rempah yang akan dikirim ke Eropa. Selain itu, pulau ini juga dijadikan tempat tinggal bagi orang-orang Belanda. Satu fakta yang tidak bisa dikesampingkan adalah orang-orang Belanda yang tinggal di Pulau Onrust umumnya tidak berumur panjang karena tanah di pulau ini merupakan jenis blue clay atau tanah liat biru yang tidak cocok untuk kontur orang-orang di Eropa. Pada periode selanjutnya, pulau ini dijadikan asrama haji yang juga digunakan sebagai tempat transit bagi jamaah haji yang baru tiba menunaikan haji dari Kota Mekkah. “Dahulu Belanda memeriksa kesehatan jamaah haji yang baru tiba dari Mekkah di pulau ini, jika saat itu ada jamaah yang sakit, maka akan ditangani di Pulau Bidadari yang lokasinya berada di sekitar Pulau Onrust” ungkap Arkeolog jebolan Universitas Indonesia ini

[caption caption="Pulau Onrust juga pernah dijadikan asrama haji Indonesia saat penjajahan Belanda"]

[/caption]

Sisa-sisa bangunan yang dibangun untuk asrama haji masih bisa kita lihat di pulau ini. Seperti tembok-tembok yang dulu dijadikan barak tempat tidur jamaah masih bisa kita lihat. Selain itu, puing-puing tempat mandi serta toilet masih bisa kita lihat di sekitar Pulau Onrust. Ada juga tembok yang khusus dibangun untuk menghindari keberadaan tikus di pulau ini. Konon tikus-tikus ini menimbulkan wabah penyakit lepra yang menyebabkan orang-orang yang tinggal di sini meninggal. Tidak hanya puing-puing bangunan, namun makam-makam orang Belanda yang pernah tinggal di Pulau Onrust juga ada di salah satu area pulau ini. Saat berada di area makam, terdapat satu makam yang menarik perhatian yakni makam dengan nama Maria, konon Maria adalah seorang perempuan yang sangat cantik yang tinggal di Pulau Onrust. Kematiannya cukup tragis karena ia ketahuan berseling berselingkuh. Ada pula makam orang-orang pribumi yang tidak jauh dari makam Belanda. Berbeda dengan makam Belanda, makam orang pribumi ini tidak semegah makam Belanda dan areanya juga seperti tidak dirawat dengan baik

[caption caption="Makam Belanda menjadi salah satu saksi sejarah kalau dahulu pulau ini banyak ditinggali orang-orang Belanda"]

[/caption]

Sementara pada masa pendudukan Jepang, Pulau Onrust dijadikan sebagai pulau tempat memenjarakan tahanan-tahanan baik dari pihak Belanda maupun dari kaum pribumi. Pulau ini juga dijadikan sebagai lokasi eksekusi dari tokoh pemberontakan DI/TII Sekarmaji Marijan Kartosuwiryo. Konon makam yang dikeramatkan yang ada di pulau ini dipercaya sebagai makam Kartosuwiryo yang dikuburkan setelah dieksekusi pada tahun 1964 oleh Pemerintahan Soekarno.

[caption caption="Museum yang berada di Pulau Onrust menjadi tempat penyimpanan benda-benda peninggalan Belanda "]

[/caption]

Pulau Onrust juga memiliki sebuah museum yang menyimpan aneka jenis benda-benda peninggalan yang pernah ada di pulau ini. Mulai dari puing-puing keramik, peluru meriam, meriam, hingga replika kapal yang pernah digunakan Belanda. Di sini juga terdapat aneka jenis informasi tentang peristiwa-peristiwa yang pernah terjadi di Pulau Onrust. Salah satu yang menarik adalah penemu benua Australia, James Cook ternyata pernah menginjakan kaki di Pulau Onrust. Selain menyajikan pemandangan sisa-sisa bangunan yang runtuh, Pulau Onrust juga menyajikan pemandangan miniatur kincir angin khas negeri Belanda. Selain itu, pulau ini juga terasa begitu permai dengan tumbuhnya pohon-pohon besar yang berada di sekitar area pulau.

[caption caption="Bapak Candrian menjelaskan mengenai posisi strategis Pulau Onrust pada saat itu"]

[/caption]

Tidak jauh dari Pulau Onrust juga terdapat Pulau Bidadari yang dahulu digunakan sebagai pulau untuk merawat jamaah haji yang sakit. Pulau yang memiliki nama Belanda Purmerend ini juga memiliki jejak-jejak sejarah masa kolonial Belanda. Di pulau ini kita dapat menemukan sebuah benteng pertahanan Belanda untuk menghadang serangan musuh dari dari laut yang ingin memasuki Batavia. Benteng bernama Martello ini masih berdiri kokoh menghadap laut meskipun di beberapa sisi benteng sudah terlihat rusak dan kurang terawat. Benteng ini menjadi pengawas terhadap serangan musuh-musuh Belanda yang ingin menyerang Batavia.

[caption caption="Pulau Bidadari mejadi salah satu pulau yang dahulu digunakan untuk mengobati para jamaah haji yang sakit"]

[/caption]

[caption caption="Patung Bidadari yang menjadi maskot dari Pulau Bidadari yang menjadi salah satu pulau di Teluk Jakarta"]

[/caption]

Memasuki benteng ini, Saya dan teman-teman Kompasioner lainnya seperti diajak memasuki lorong-lorong yang dahulu menjadi saksi sejarah betapa Belanda memang menjaga Batavia dari serangan musuh-musuhnya seperti Portugis dan Inggris. Benteng yang dibangun pada tahun 1850 ini memiliki banyak lubang-lubang di sekitar benteng yang berfungsi untuk mengawasi musuh yang ingin menyerang dari arah timur laut. Selain itu kita juga bisa melihat masih adanya meriam-meriam yang berada di sekitar benteng yang dahulu digunakan Belanda untuk melancarkan serangan.

[caption caption="Benteng Martello yang berada di Pulau Bidadari menjadi saksi pertahanan Belanda di pulau ini"]

[/caption]

[caption caption="Benteng Martello dibangun pada tahun 1850 "]

[/caption]

[caption caption="Benteng ini menjadi salah satu cagar budaya yang berada di kawasan Pulau Bidadari"]

[/caption]

Tidak hanya benteng, Pulau Bidadari juga kaya akan aneka jenis tumbuhan dengan tumbuhnya pohon-pohon dari jenis yang berbeda seperti Pohon Glodokan (Polyalthea Longifolia),  Pohon Perdamaian (Baringtonia Exelsa), hingga Pohon Kepuh berusia 200 tahun (Sterculia Foetida). Ada satu pohon yang unik yang konon dipercaya akan membuat seseorang menemukan jodohnya, pohon ini diberi nama pohon jodoh, sebuah pohon besar yang berada di utara Pulau Bidadari. Konon kalau kita berpose di depan pohon ini akan menemukan jodoh atau bagi yang sudah menikah maka dipercaya pernikahannya akan langgeng.

[caption caption="Patung burung elang bondol yang pernah menjadi maskot Kota Jakarta pada sekitar tahun 1989"]

[/caption]

Selain flora, di Pulau Bidadari Saya dan teman-teman Kompasioner juga melihat beberapa jenis fauna yang bebas berkeliaran di sekitar area pulau seperti rusa dan biawak. Rusa dan biawak ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung pulau ini. Saya sendiri tidak mau melewatkan begitu saja momen melihat satwa asli pulau ini dengan mengabadikan satwa-satwa ini dengan kamera yang saya bawa. Selain itu, suara burung-burung yang hinggap di atas pohon menjadi nyanyian alam yang menemani kita selama berada di Pulau Bidadari.

[caption caption="Biawak menjadi salah satu satwa yang memiliki habitat di Pulau Bidadari"]

[/caption]

Kita juga bisa melihat patung maskot seorang perempuan yang melambangkan bidadari di depan dermaga pulau ini. Di sini juga terdapat patung burung elang bondol yang memiliki habitat di sekitar pulau ini. Satwa bernama latin habitus indus ini pada tahun 1989 pernah menjadi maskot Kota Jakarta. Burung elang bondol ini juga memiliki kebiasaan memangsa burung kecil, kepiting, ikan-ikan kecil di sekitar area Pulau Bidadari.

[caption caption="Benteng Martello di Pulau Kelor yang menjadi benteng pertahanan Belanda dari serangan Inggris"]

[/caption]

Ada satu pulau lagi yang juga memiliki sejarah panjang kolonial Belanda di Batavia yang Saya dan teman-teman Kompasioner lainnya kunjungi yakni Pulau Kelor. Di pulau ini juga terdapat Benteng Martello yang berdiri kokoh menghadap laut. Benteng Martello di Pulau Kelor di beberapa bagian juga terlihat sudah mengalami kerusakan bahkan di bagian pintu masuk, benteng ini harus ditunjang dengan 3 buah kayu agar tidak roboh. Benteng ini juga dahulu berfungsi memiliki sebagai benteng pengawasan terhadap musuh-musuh Belanda yang ingin menyerang dan menguasai Batavia.

[caption caption="Dari Pulau Kelor kita bisa melihat sajian sunrise yang indah"]

[/caption]

Pulau Kelor menurut Bapak Chandrian perlahan-lahan terancam akan tenggelam karena abrasi pantai. Faktor ini juga diperkuat dengan faktor-faktor lain seperti kehadiran wisatawan yang datang ke pulau ini, deru mesin kapal, serta gelombang yang dihempaskan dari kapal-kapal yang silih berganti datang dan pergi ke pulau ini. “ Perlahan-lahan Pulau Kelor akan hilang dari peredaran dan kita tidak lagi melihat pulau ini suatu hari nanti” ungkap Bapak yang memiliki dua anak ini. Satu yang menarik dari Pulau Kelor yakni dari pulau ini kita bisa melihat sajian pemandangan sunrise saat pagi menjelang. Memandangi sajian matahari terbit dari tengah laut menjadi pengalaman yang menyenangkan saat berada di kawasan pulau ini 

[caption caption="Salam dari kami Kompasianer yang menjadi peserta eksplorasi bahari pesona Indonesia hasil kerjasama Kementerian Pariwisata dan Kompasiana "]

[/caption]

 

 

foto-foto dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun