Mohon tunggu...
Muhammad Taufiqul Wildan
Muhammad Taufiqul Wildan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar Sekolah

I want to you know but i don't want to tell you

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Di Antara Kesulitan dan Kejujuran

21 November 2024   13:36 Diperbarui: 21 November 2024   22:59 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pagi hari, ayam berkokok membangunkannya, Jaka bergegas seperti angin yang tak kenal lelah menggandeng adiknya yang lemah berjalan menuju jalan raya mencari angkutan umum. Sepanjang perjalanan, setiap langkah kaki menambah rasa gelisahnya. Pada awalnya Jaka tak memperdulikannya, ia merasa dia pantas untuk menggunakan uang itu. Jaka terus mencoba untuk menghilangkan rasa gelisahnya. Ia terfikirkan sebuah ide untuk mengambil uangnya dan membuang dompet itu diselokan.Saat akan melakukannya rasa gelisah telah menumpuk menggerogoti hatinya seakan hatinya membisikkan sesuatu “Ini bukan hakku.”. Pikiran Jaka semakin terserang saat muncul serangkaian pertanyaan "Bagaimana jika sang pemilik sedang mencari dompet ini? Bagaimana jika ternyata ia lebih butuh uang ini dibandingkan aku? Apakah aku benar benar pantas menggunakan uang ini? Mungkinkah sang pemilik tak sadar kalau aku menggunakan beberapa uangnya? ". Pikiran itu membuat langkah kakinya terhenti.

"Ada apa bang?" Tanya Raka.

"Kita pulang saja, aku rasa sekarang dokternya sedang tidak praktek" jawab Jaka.

Jaka membuka dompet itu dan membaca kartu identitas dan akan pergi mencari alamat yang tercantum.

Setelah mengantar adiknya pulang Jaka pergi mengembalikan dompet itu. Berdasarkan alamat yang ada di tercantum kartu identitas, ia mendatangi sebuah rumah tempat tinggal dari pemilik kartu identitas. Di depan rumah tampak seseorang duduk diteras.

"Permisi, pak. Apakah benar ini rumah pak Yusuf. Saya menemukan sebuah dompet di taman, lalu saya mencari pemiliknya berdasarkan alamat yang tercantum." ucap Jaka dengan sopan.

"Benar, saya sendiri Yusuf. Terima kasih, Nak. Kamu anak yang jujur sekali." Dengan wajah kagum Yusuf memandang wajah Jaka.

Melihat kondisi Jaka, Yusuf bertanya, "Kamu kesini sendirian, dimana Orang tuamu?"

“ Orang tua saya sudah meninggal pak” jawab Rudi, mencoba menahan perasaannya.

Yusuf kaget dan sontak bertanya, "Hah,lalu kamu tinggal dengan siapa?"

Jaka pun menjawab, "Dengan adik saya pak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun