Dalam masa sekarang permasalahan gender bukan jadi masalah utama dalam industri, dilihat dari peningkatan keragaman dan inkulisi gender dalam indsutri berkembang cukup pesat bahkan meningkatkan produktifitas dalam bekerja.
Menurut kementrian ESDM perusahaan industri ekstraktif dibuat lebih banyak untuk bekerja menuju keseteraan gender dan realisasi hak-hak perempuan.
“Dikutip dari SEMAI koalisi perempuan. perempuan bukan hanya penikmat EBT, Sebagian dari kelompok perempuan mampu membangun intalasi EBT, sehingga meghasilakan energy listrik dan energi api dari biogas untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga. Fakta ini membuktikan bahwa perempuan mampu berpatisipasi dalam pengembangan EBT”.
“ Dari riset copas (2021) menyebutkan perempuan di industri migas sudah mencapai 25% dari total tenaga kerja dan perempuan dilevel kepemimpinan mencapai 17%”. Pengaruh utama gender dalam pengembangan EBT dilihat dari fakta-fakta ketimpangan akses terhadap energi dan rendahnya partisipasi perempuan dalam pengembangan utama".
Akses serta rendahnya partisipasi perempuan akan berdampak pada kurangnya perempuan dalam pengambilan keputusan yang pada gilirannya mengakibatkan kurangnya manfaat pengembangan EBT bagi perempuan, tetapi kita lihat dari kehidupan rumah tangga dimana sudah ada pengembangan terbaru seperti mikro hidro untuk listrik rumah tangga, pemanfaatan biogas untuk kompor, maka dari itu pengembangan EBT harus melibatkan perempuan agar penggunaan instalasi EBT mudah dioperasikan oleh perempuan dan minim resiko bencana.
Dari itu kita bisa menepis pekerjaan sesuai gender, karena menurut saya semua gender bisa berpartisipasi dalam pekerjaan industri EBT. Khususnya perempuan secara tidak langsung terlihat sebagai pengguna dan penikmat EBT paling sering dalam rumah tangga.
Selama ini permasalahan gender terbesar ada di perempuan, perempuan hanya ditempatkan sebagai konsumen energi padahal seharusnya ada kesempatan bagi perempuan untuk memproduksi energi dan menggunakannya sendiri. Pemerintah seharusnya memiliki kebijakan kebebasan untuk perempuan berpartisipasi dalam energi terbarukan dan akan digunakan kedepannya.
Dalam hal ini pastinya akan berdampak positif bagi perempuan contohnya dalam kehidupan rumah tangga memudahkan perempuan untuk memahami dan memanfaatkan energi terbarukan.
Tidak ada kesenjangan perbedaan antara laki-laki dan perempuan dalam kebutuhan energi dan tingkat akses mereka untuk memastikan hasil pembangunan yang adil, perbedaan ini harus dipertanggung jawabkan saat pengembangan energi saat berlangsung nanti. Perempuan dapat berperan dalam memperluas akses energi terbarukan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H