Mohon tunggu...
Muhammad Taufiqurrohman
Muhammad Taufiqurrohman Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Berkomitmen untuk meningkatkan pemahaman dan membantu mereka yang membutuhkan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Yuk Mengenal Overthinking!

28 September 2021   14:06 Diperbarui: 28 September 2021   14:11 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Setiap dari kita pasti pernah mengalami gejala berpikir berlebihan atau bahasa kerennya yang banyak dipakai orang sekarang yaitu "overthinking". Apa itu overthinking? Menurut situs Merriam Webster, overthinking yaitu "berpikir terlalu banyak tentang (sesuatu): menempatkan terlalu banyak waktu untuk memikirkan atau menganalisis (sesuatu) dengan cara yang lebih berbahaya daripada membantu". Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti pernah mengalaminya, seperti memikirkan perkataan orang lain, berpikir apakah candaan tadi menyakiti perasaan orang, apakah perkataanku tadi sudah benar, dan lain sebagainya. 

Pada masa pandemi Covid-19 sekarang, orang-orang banyak mengkhawatirkan tentang masa depan seperti pekerjaan misalnya. Menurut jurnal yang berjudul "Mengelola Overthinking untuk Meraih Kebermaknaan Hidup" yang diterbitkan oleh "Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman" menyebutkan dalam surveinya pada masa pandemi Covid-19, orang-orang cenderung berpikir berlebihan dan khawatir mengenai karir dan masa depan dengan persentase 61%, kelulusan dan tugas akhir dengan persentase 30.7%, dan yang mengkhawatirkan pandemi Covid-19 dengan persentase 8.2%.

Survei tersebut mungkin sesuai dengan realita kita sekarang yang berada pada masa pandemi dengan peraturan yang berubah-ubah dan kondisi sosial dan ekonomi yang tidak pasti. Dalam jurnal tersebut, orang-orang yang berpikir berlebihan disebut sebagai overthinker. Overthinking pun bisa menjadi hal positif dan negatif tergantung seberapa sering intensitas orang tersebut melakukannya, jika berlebihan maka tidak bagus juga.

Tidak hanya itu, dalam jurnal dengan judul "Pandangan Masyarakat terhadap Overthinking dan Relasinya dengan Teori Rational Emotive Brief Therapy" yang diterbitkan "Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Pendidikan dan Bahasa, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta", berpikir berlebihan tidak hanya membuang waktu, tetapi membuang energi juga. Ini tentu tidak baik bagi kesehatan seseorang. Gejala pun mungkin bermunculan seperti sedih, gelisah, depresi, dll. Overthinking juga sering disebut paralysys analysys, dimana orang tersebut terus menerus memikirkan suatu permasalahan tanpa menemukan solusi (Fakhir, 2019).

Gejala tersebut tentu tidak bagus untuk kedepannya, kita seharusnya bisa mengontrol pikiran kita supaya tidak berpikir berlebihan dan mungkin berpikir dengan tenang dan terukur. Berpikir berlebihan membuat pikiran menjadi kacau dan memungkinkan munculnya tidak tahu harus memilih yang mana diantara banyaknya pilihan didalam pikiran kita.

Salah satu ciri mengalami gejala berpikir berlebihan (overthinking) yaitu berpikir secara terus menerus dan dalam proses berpikir itu menyita terlalu banyak waktu yang dapat digunakan untuk hal lain yang lebih bermanfaat. Dalam jurnal yang diterbitkan "Program Studi Bimbingan dan Konseling, Fakultas Pendidikan dan Bahasa, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta", disebutkan juga akibat overthinking bermacam-macam mulai dari tidak percaya diri, kurang motivasi, tidak nyaman, dll.

Untuk mengelola overthinking ini diharapkan kita dapat melakukan pemusatan perhatian (mindfulness), (Strong, 2020). Dalam jurnal "Mengelola Overthinking untuk Meraih Kebermaknaan Hidup" yang diterbitkan oleh "Program Studi Psikologi, Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman" dituliskan mereka mengadakan seminar tentang "mindfulness" yang diadakan secara daring melalui platform ZOOM untuk menghentikan "overthinking" peserta seminar.

Dalam jurnalnya mereka menulis, jika overthinking dapat dikelola dengan baik maka seseorang dapat meraih kebermaknaan hidup sehingga hal tersebut memudahkan seseorang dalam meraih kepuasan dalam hidupnya. Hal ini mungkin akan menjadi solusi dalam mengatasi permasalahan dalam mengelola overthinking yang dialami seseorang. Jadi pertanyaannya, apakah Anda tertarik untuk menerapkan metode mindfulness tadi jika Anda mengalami gejala overthinking?

Daftar Pustaka:

Sofia, dkk. (2020). Mengelola Overthinking untuk Meraih Kebermaknaan Hidup. Jurnal Pelayanan Kepada Masyarakat, 2 No. 2, 1-12.

Sebo, dkk. (2021). Pandangan Masyarakat terhadap Overthinking dan Relasinya dengan Teori Rational Emotive Brief Therapy. 1-17.

Identitas Penulis:

Nama: MUHAMMAD TAUFIQURROHMAN

NIM: 202110230311121

Prodi: Psikologi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun