Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Asal Usul Kota

30 Juni 2023   17:57 Diperbarui: 30 Juni 2023   20:46 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kenangan lama tentang apa itu desa mungkin telah hilang. Anak anak telah tumbuh di kota. Bernafas dari kota. Lahir di bawah lampu kota. Di atas meja operasi caesar.

Kota bisa mengejawantahkan pikiran dan mimpi. Atau harapan yang liar serta keberanian. Dan perasaan (kemanusiaan) diisi di antara itu. 

Mungkin desa menyimpan semua kenangan perasaan dan kerjasama dan persaudaraan. Kita bisa dengan bebas mengambil garam di dapur tetangga atau memetik  daun pepaya muda.

Kota, mungkin sesak oleh persaingan. Sesuai bangunan nilai yang mengisi otak otak orang kota. Kota telah tergambar sebagai wilayah yang penuh bayang bayang. Tergantung sosok sosok yang membawa bayang itu. Kota bisa menjadi mimpi  indah. 

Baca juga: Asal Mula Pagi

Atau kota menjadi sarang industri dan mesin perangkat keras dan lunak. Kota kota yang memproduksi kekerdilan diri dan pencarian yang kering.

Saat kita menoleh ke desa. Semua hamparan, dan hakikat kedirian yang asri memang tumbuh dari sana. Murni tanpa sintesis yang rumit. 

Kini yang menjadi berat. Bahwa keduanya mungkin dengan kegelisahan yang sama. Keduaya membangun watak budaya: Perubahan dan pergeseran nilai yang begitu lincah dan cepat. Yang tak sempat kita cerna. 

Baca juga: Sajak Tangan Usil

Pilihan pilihan begitu padat di layar mata. Kecuali bila selalu terlatih berfikir jernih dan jujur. Kita mesti memiliki sumber nilai dan daya hidup, kata Rendra. 

Kota akan menjadi dirinya dan desa pun akan begitu (dengan konsekuensi ruangnya yang terus menyusut).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun