Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Obat Tidur

25 Juni 2023   23:23 Diperbarui: 26 Juni 2023   00:10 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mata mata mengapung di celah celah warna malam yang pecah. Tak ada rembulan perak. Hujan telah hilang jejak. Klakson klakson kendaraan yang galak dan sisa kesibukan untuk esok. 

Program televisi yang diputar acak. Suara ribut di warung dekat rumah. Kafe kafe di perempatan jalan menjalar pelan dan sepi. Tak ada orang bertukar pandang. Hanya sederatan kursi kursi yang bagai tumpukan harapan setelah akhir pekan.

Langit langit kamar dipenuhi gambar. Pertemuan antartokoh dalam panggung drama abad klasik. Perundingan nota kerjasama antarnegara. 

Baca juga: Obat Malam

Dan gambar halaman belakang rumah yang akan menjadi kolam untuk menyejukkan mata kapan saja. Tempat beberapa ekor ikan bertemu dan membangun keluarga. Dan ikan tentu tidak perlu tidur berlama lama.

Mata ini memar membaca sejarah tubuh. Abad industri yang mengalungkan jarak antara jasa dan benda benda. Benda benda yang dirakit menjadi obat kesepian.

apakah kita perlu obat tidur juga? Tetiba suara suara berkejaran di ujung lorong...mengitari langit langit kamar.

Baca juga: Obat Sepi

Kupikir asyik bila segera menyeduh kopi sambil membuka jendela dan membiarkan malam bagai piringan hitam  yang memantulkan rima jiwa. 

Mungkin aku bisa mengabadikan gambarnya dengan sekedip cahaya. Cahaya yang keluar dari matamu. Dan itu melampaui segala obat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun