Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mata Peluru

6 Oktober 2022   08:14 Diperbarui: 6 Oktober 2022   08:20 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Mata mata peluru pernah membakar kota di siang yang gersang, juga di perkampungan yang tak hujan. 

Mata mata jinak warga dalam ketakutan, risau dan  seakan hilang harapan. Sepotong waktu yang hitam, menatap galau ke masa depan untuk Aceh yang tenteram. 

Jam malam,darurat militer, swiping, pemeriksaan dan konon" bisnis konflik yang membuka ruang kemungkinan. Ada trauma dan dendam yang mungkin belum selesai di meja perundingan. 

Mata mata peluru itu seakan kini menjadi mata pemburu dalam jeda yang panjang untuk pembuktian,  antara falsafah, nilai-tawar,  komitmen dan maslahah. 

Hutan hutan telah gundul. Sungai sungai membawa serapah. Dan laut menyimpan sumpah. 

Mata mata jinak sang awam, tengadah ke awan, menunggu hujan kesuburan di atas tanah para wali. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun