Dia, seseorang yang ingin terlunta, mencari bulan di kota. Catatan tentang bulan sudah ada di kepala  sejak ia duduk di SMA.
Bulan adalah penghias malamnya, kadang menjadi mimpinya yang tersimpan hingga pagi.Â
Dan ia terlunta di kota. Dari halte ke halte. Dari emperan toko ke jembatan. Dari bilik bilik hotel dan gedung gedung kumuh.
 Lalu ia menetap di bawah jembatan. Jembatan yang tak sama dengan yang di pikirnya.
Orang orang telah menjadi awan, pikirnya. Kesibukan kota telah mencabik suara batinnya. Sungai sungai menjadi liar,rasanya.
Dan ia masih mencari bulan, Â arah pencariannya. Kebahagiaan yang belum ia serap. Ia kira bulan ada di kota.Â
Atau ia mesti menghidupi pikirannya sendiri? Agar bulan menampakkan cahaya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H