Malam memanggil sepi. Malam menggigil menyimpan pilihan pilihan dari ruang makan, barusan. Menu ala kadar dan halaman belakang rumah yang basah oleh sisa hujan. Tak ada sinaran lampu.Â
Gedung gedung pun menggigil sendiri. Menyimpan kedinginan waktu. Debu debu yang mengeras jadi kenangan. Kaca kaca hotel yang lembab.Â
Malam menggigil dan sepi. Kota kota menghimpun dahaga dan lapar. Cangkir garpu, Â dan minuman dingin.Â
Aku terdiam di bawah jembatan. Tanpa lampu. Aku menggigil. Aku kedinginan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H