Dalam Sajak Seonggok Jagung yang ditulis WS Rendra (alm)Â memuat suatu simbolisme pendidikan yang utuh secara kognsi dan sosial.
Kita tahu bahwa seonggok jagung itu berupa bagian dari pangan pokok sumber karbo dan energi. Sehingga simbol itu memberi kesan kepada kita perihal urgensi pwndidikan dalam mengolah gagasan dan kreativitas untuk memenuhi keperluan hidup.Â
Secara monolog, Â Rendra menggambarkan seorang yang tak lulus sekolahan, mungkin tamat SD dapat melihat PELUANG dalam seoanggok jagung di kamarnya.
Sementara itu,  mereka yang lulusan  SMA/SLTA, dan anak kuliahan,  tak dapat melihat masa depan dalam problem yang sama sama dihadapi. Tak melihat masa depat dalam seonggok jagung di kamarnya.Â
Di sini Rendra tidak hanya melakukan monolog dan refelksi personal terhadap orientasi pendidikan.Â
Namun Seonggok jagung juga, Â menggambarlan kepada kita tentang " kesenjangan pendidikan saat itu, khususnya, Â antara kota dan desa, Â antara si kaya dan si miskin.Â
Namun agaknya, Â monolog dan dialektika pedagogis Rendra lebih mengacu pada proses pendidikan (yang mungkin hingga kini) Â masih berkutat banyak pada komposisi materi dan teori teori yang padat.Â
Kita perlu adaptasi baru dalam mengakselerasi pendidikan yang bertumpu pada tujuan tujuan yang tidak semata materialisme dalam industri  pasar kerja modern.Â
Seonggok jagung (problem sosial) , Â berkat proses pendidikan akan menghasilkan makna yang berbeda bagi setiap individu.Â
Apakah ia menjadi asing dengan masalah masalah di sekitarnya atau menjadi pionir dalam perbaikan sosial/memberi dampak manfaat luas:
Apa guna seseorang  belajar filsafat, teknologi, sastra dan ilmu kedokteran bila saat pilang ke kampung dia menjadi asing dan sepi,  Kata Rendra.Â