Analogi yang Dangkal
****
seorang pembesar berdalih
untuk menguatkan pentingnya harmoni
dengan penertiban suara azan
(mungkin sekarang menertibkan suara, Â entah 20 tahun lagi),
hingga keluarlah putusan
yang membatasi
agar nyata wujud toleransi
di setiap aspek hidup anak negeri.
akhirnya dia beranalogi, mungkin di pikirannya muncul suara menggonggong
sehingga suara itu dia bandingkan
dengan suara azan yang tidak ditertibkan
yang terasa "mengganggu, Â seperti suara binatang yang menggonggong itu.
pembesar kita adalah representatif pikiran rezim, sehingga nalar dan narasinya yang dangkal menununjukkan
lemahnya konsep rezim dalam membangun masyarakat, Â alih alih mencapai visi revolusi mental dsb.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H