Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Ritme dan Gairah dalam Menulis

1 Februari 2022   08:53 Diperbarui: 1 Februari 2022   09:10 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri. Sesi coaching menulis kreatif. Ilustrasi.Kompasiana.

Ritme dan Gairah dalam Menulis
*****

Ada beberapa kejadian yang bisa merusak kegairahan dalam menulis. padahal kegairahan,  sama halnya bahan bakar yang menggerakkan tulisan. mungkin tulisan tetap ada tanpa kegairahan,  tapi tidak membawa rasa ke dalam diri si penulis,  juga ke pembaca.

Prosedur dan ikatan tertentu dalam perjanjian kerja tulis termasuk yang dapat merusak gairah,  karena berdasar pada daya eksternal. keadaan ini tidak selalu buruk selama bisa disiasati.

Pada kasus lain, mengharapkan kegairahan internal saat mood saja,  juga tidak menjamin daya tahan menulis. karena mood itu tidak bisa kita kontrol kehadirannya. yang bisa kita kontrol adalah fokus,  konsentrasi dan alur gagasan yang sedang kita susun.

Dalam menulis catatan ini,  saya menjaga kegairan dan fokus.  saya katakan "menjaga" karena ini adalah tulisan yang saya jaga alur dan ritmenya,  ia tidak bebas seperti puisi.  dan, disebab,  hal dunia tulis adalah bukan hal asing,  maka mungkin saya bisa menjaga gairah tadi.

apa lagi di awal,  saya merasa janggal untuk menyelesaikan tulisan ini. saya merasa apakah tulisan ini akan bermanfaat dan berbeda dari tulisan lainnya? :tapi,  ini contoh bagaimana kegairahan itu bisa dijaga pada kondisi tertentu.

Pada tulisan saya "jangan sakiti masjid kami" itu contoh bagaimana kegairahan dan sentimentil bisa menggerakkan tulisan, selama kita bisa menguasai isi dan struktur yang ingin kita kembangkan: saya pilh puisi,  karena itu lebih spontan dan relatif bebas penyampaiannya.

Dan pada puisi itu,  saya memang merasa sangat bergairah dalam menulisnya, walau tidak mencapai pembaca terbanyak seperti biasa (mungkin karena judulnya terlalu tendensius,  juga tidak jadi PILIHAN),  tapi saya bahagia telah menuntaskannya sebagai bentuk tanggng jawab dan hak pribadi.

Idealnya,  dan seperti yang banyak dianjurkan oleh penulis senior kita di Kompasiana,  di antara karakter tulisan yang baik adalah yang berdasarkan pada pengalaman langsung,  bidang yang dikuasai,  riset secukupnya,  variasi dan ritme menulis.  Insyaa Allah dengan catatan ini,  kegairahan menulis akan terjaga

Bila ada kejadian "Blank", mungkin kita bisa jeda sejenak,  atau mencari tahu sebab Blanknya apa?, apakah karena lintasan gagasan yang tiba tiba hilang?

Begitulah,  kita bisa merefleksi sendiri sambil mengukur daya dan dampak dari tulisan itu.

salam semangat selalu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun