Motivasi: Saat Nasi Telah Jadi Bubur
Kalimat di atas telah umum dimaknai sebagai ungkapan sesal dan tentang hal yang tak mungkin kita ubah lagi.
memang betul, ada banyak penyesalan yang mungkin kita alami, dari hal kecil hingga perkara besar. dari perkara yang kita benci hingga perkara yang kita cintai.
demikian juga dengan hal yang bisa dan tidak bisa kita ubah, kita hanya fokus pada yang (mungkin) bisa kita ubah. kita tentu tidak bisa mengubah masa lalu secara taktis, tapi kita bisa menyiapkan (mengubah) Â masa depan.
 kita juga bisa mengubah apa yang kita persepsikan dan memproyeksikan satu gambaran yang membangun kebaikan dan kebahagian (personal dan sosial).
Secara ilmu kebijaksanaan, agaknya begitu, tak ada yang salah dengan nasi yang akhirnya jadi bubur (logika kalimat ini mesti dikaji lagi: kapan nasi jadi bubur?), bila itu sudah terjadi dan telah kita antisipasi sebelumnya.
Apatah lagi, bila kita juga sudah menyadari gambaran penyesalan dan betapa sadarnya kita akan suatu kekeliruan.
Kesadaran itupun suatu kebaikan yang utuh, suatu cahaya, yang dengannya tetap bisa mencahayai keadaan selanjutnya, keadaan yang masih putih murni, membahagiakan.
salam selalu
trubute tuk Bpk Budi S./ K.ner
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H