Menurut Taufik, yang menetap di Aceh sejak 1996 ini, semua yang ia wacanakan dan karyakan dalam puisi tidak hanya sebagai medium ekspresi melainkan sebagai upaya untuk mengakrabkan puisi kepada masyarakat dan memperkokoh puisi sebagai karya yang bernilai seni tinggi.
Sebagai penutup, berikut ada tiga puisi beliau, Â kita sajikan sebagai contoh:
Rindu dan Impresi
1// Bilik Hatiku:
tentang engkau yang menjangkau
kekosongan siang, pada kemarau
yang menanti keriangan hujan.
serimbunan dahan dahan hijau
membentuk lembaran peristiwa
yang diyakini tak bertepi
hingga ke perjamuan akhir.
ada tangga tangga cahaya
kita menitinya berhati hati
bergandengan
menindih sepi sepi
menimpuk segala takut. (kompasiana.2021)
***
"Surat Sang Musafir".
1//
Surat itu berisikan perjanjian
Tentang pertemuan
Setelah meredam keterasingan
2//
Sang musafir hanyalah wujud fana
Yang nisbi
Dalam rupa yang dahaga
Dalam cawan kesendirian
3//
Musafir hanya perlu membaca isyarat
Dengan jeda jeda penat, takut dan cemas
Sedang tujuan adalah keniscayaan,
4//
Apa tugas musafir?
Menuntaskan tujuan
........dst (portalsatu,2020)
***
Meja Makan Berisi Lamunan
jangan ambil pisau!
meja makan berisi lamunan
dan sepinggan kentang goreng
yang dingin merambat ke urat kaki.
Silahkan ambil roti! syukuri.
jendela jendela terbuka
angin beku.daun tidur.sepi mengukur
berat isi dada.malam tetap tebal.
esok pagi, kita menimbun rahasia ini.
lepaskan tangismu
dimana pisau tadi?,
meja makan pergi
disenyap waktu
sini ambil garpu
cabik risaumu
dalam timbunan
kebun belakang