Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Esai: Bicara PNS Bolos Tak Bisa Asal Ceplos

18 September 2021   01:27 Diperbarui: 18 September 2021   07:00 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bicara soal PNS bolos, (sekarang ASN) tidak bisa sembarang ceplos Soalnya ini tentang kinerja pribadi, institusi dan motif yang melingkupinya.

Ada dua kategorinya, pertama bolos karena  malas.kedua, karena ingkar. Artinya ada yang bolos karena sekadar malas, merasa tidak puas dan ada was was atau cemas.

Sebabnya, bisa karena hubungan kerja tim, orientasi kerja yang tak jelas dan sebab utang.Ya, PNS seakan jadi perahan praktik Bank Ribawi.hingga terjebak selalu.dari awal SK hingga jelang pensiun, utang di bank selalu aktif.

ini juga penyebab yang sangat menggurita.sulit lepasnya.tidak cukup gaji, selalu jadi alasan untuk berutang tadi.untuk menutupi utang itu mereka membolos  guna mencari sampingan.ini tipe, bolos yang produktif di tempat lain. Tidak banyak kasusnya.

Yang kedua tadi,bolos karena ingkar. Dalam arti pelarian diri, penolakan atau pembangkangan.mungkin ini jarang. Kecuali yang merasa dibangku panjangkan.merasa diasingkan dari kerja sebelumnya. Intrik politik kadang jadi poin juga dalam hal ini.

Tapi, awalnya memang sudah dalam rekaman memori, bahwa sang PNS tak bisa dipecat kecuali perkara hukum dan kode etik yang serius. Selebihnya hanya peringatan yang tidak membuat jera, tergantung kondisi kerja dan pimpinan juga.

Tentu,  dari segi kreasi dan inovasi, PNS tak memiliki ruang akses yang lebar, karena sudah ada acuan kerja standar, jadi bosan dan jemu, jadi.malas. Tak mau berfikir lagi, apalagi sudah ada jaminan gaji di awal bulan nanti. Dalam hal kreasi, mgkin PNS guru lebih tertantang, bila ia mau melakukannya demi kemajuan kelas dan pencerdasaan.

Hanya saja semangat personal untuk meraih capaian tim dan kantor si PNS jarang dijadikan patokan.semua seakan tergantung atasan. Mereka bisa tak bolos karena takut pada atasan, atau karena segan atas wibawanya.

Pemecatan mungkin bukan poin yang pokok pada kondisi kita sekarang, walaupun sah saja ada komitmen pecat sedari awal. Apa lagi disebab bolos, lebih baik mencerna motifnya dan mempelajari perbaikan sistem kerja dengan orientasi pelayanan utama, cepat dan bersih-tanpa uang pelicin.

Sejauh yang saya amati, PNS yang fungsional seperti guru lebih mudah menghitung kerja utamanya, karena ada standar jam tertentu, misal 24 jam pertemuan perpekan. Itu menjadi kinerja utamanya selain persiapan ADM, bimbingan luar kelas dan sebagainya. Bilapun ada yang dianggap bolos, lebih karena faktor psikologis dan membutuhkan iklim kantor yang menghidupkan semangat guru.

Secara eksternal dan insidentil, razia razia kecil terhadap PNS yang berkeliaran di jam kerja juga mendukung kinerja kantor.

Atau benar benar meletakkan setiap orang pada jabatannya yang pas. Contoh kecil penutup, ada teman yang PNS di Humas Pemkab, kerjanya hanya kliping informasi dari bermacam koran, ia gunting satu satu. Ia lakukan bertahun tahun, dan hampir tak ada cerita bolos. 

BoSesekali membantu protokoler bupati pada kegiatan tertentu. Hal itu karena motif personal dan iklim di kantornya yang relatif humanis dan akrab, kalaupun ada konflik konflik kecil wajar saja.

Dari sini, pemerintah tidak bisa hanya menggunakan sisi birokrasinya. Mesti menjangkau aspek personal, humanis dan apresiatif yang sungguh sungguh untuk perbaikan layanan, itu fokusnya:layanan prima.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun