Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Diary

Berendam di Kolam

12 September 2021   14:45 Diperbarui: 12 September 2021   15:17 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berendam di Kolam

Kehidupan santri banyak ragam dan romansanya. susah senang, pahit manis, bercampur satu. sering dikutip kalimat: ambil hikmahnya. dan memang betul begitu. itulah inti kebijaksanaan.

Peristiwa ini saya alami sendiri. puluhan tahun lalu. tahun 96, akhir masa belajar. saat itu kelas akhir, kelas 6, memiliki program dan disiplin yang diperketat . Termasuk dalam pergaulan, berbahasa Arab - Inggris, penguatan ibadah, dan lain lain.

Sekali waktu, entah apa sebab, saya tak shalat subuh berjamaah di masjid. Memang sudah ada kabar bahwa akan ada absensi khusus. cuma tidak rutin. Namun pagi itu, ada absensi bagi yang tidak hadir subuh di masjid. Termasuklah saya. Tanpa laporan. tanpa izin dan halangan apapun.

Nama saya dicatat dalam buku pelanggaran oleh pembina kami, pembina seluruh kelas 6. Dan tentu saja, nama nama yang terjaring akan DIPANGGIL sorenya selepas maghrib. Khusus kami, rupanya dipanggil setelah isya.

Ada beberapa orang teman lain yang terjaring juga, sekitar 7 orang agaknya. Kami semua dikenai hukuman berendam di kolam ikan. kolam itu dekat kantor penerimaan tamu. di pinggir jalan utama. Untungnya lampu di sekitar lokasi tidak begitu terang.

Lumayan lama kami berendam di kolam ikan itu. hingga pukul sebelas malam seingat saya. kami berendam dari pukul sembilan malam. Karena itu pas di jam belajar, jadi, tidak.begitu ramai santri santri lain yang lalu lalang di jalan utama.

Padahal kolam itu tidak dalam, sekitar betis atau lutut. namun kami mesti jongkok, sehingga tenggelam sampai leher, begitu selama dua jam, sesekali ada curi berdiri. Kalo melarikan diri ke asrama, lebih bahaya lagi.

Kami berendam, tepatnya disuruh berendam selama dua jam. badan menggigil, dingin menggeletar. padahal kesalahan baru dilakukan kali itu. Mungkim kawan lain iya, he he. Namun tak apa. itulah nostalgia saat nyantri. kami ambil hikmahnya saja.

Dan kadang kadang, hukuman seperti ini jadi humor tersendiri bagi kami. walau sedikit tertekan karena image jadi turun, wibawa abang kelas jadi lentur. Masih untung tidak dibotak kepala ini. wah!
..............

Sudah lama tak berkunjung ke almamater, entah masih ada kolam itu di pinggir jalan ?: moga semua dalam petunjukNya. salam

Taufik Belawan
mutakharrij 5 DA 1996

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun