Cinta Gila Si Qais terhadap Laila
Qais memang mencintai Laila
sejak kali pertama ia melihatnya
wajah Laila adalah wajah wanita pada umumnya, namun mata Qais telah melampaui pandangan siapapun.
Keduanya memang jatuh cinta,
saling mencinta
dan menyimpan rindu yang suci
tanpa nista, tanpa keburukan
tanpa  kepalsuan.
Para ahli mahabbah menyebutnya, cinta yang berpuasa. melampaui cinta platonik, melampaui Romeo dan Juliet yang datang ratusan tahun kemudian.
Pernah suatu ketika, si Qais sakit. Dokter ingin menyayat sebagian kecil kulit Qais, katanya: Aduhai Dokter, jangan lukai kulitku, tentu si Laila akan merasakan sakitnya juga.
Saat cinta mereka terhalang oleh kebangsawanan Laila, Qais menyendiri ke hutan sambil memandang rumah Laila setiap waktu dari bebukitan. Sesekali dia menjenguk  dengan hanya memeluk dinding rumah Laila.
Pada waktu lain, si Qais menyebutkan bahwa debu yang menempel di sandal Laila lebih dia cintai dari seisi dunia ini.
Begitulah si Qais, cintanya terhadap Laila jadi metafor yang diaplikasi oleh Ghazali dan Rumi dalam mencapai Cinta Ilahi yang Sejati:
Seorang Hamba mesti merasakan kegilaan cinta terhada Tuhannya, melampaui kegilaan Qais terhadap Laila.
Ulasan ringkas baca:
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI