Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cinta Gila Qais terhadap Laila

2 September 2021   20:32 Diperbarui: 2 September 2021   20:37 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok.wikipedia.cover buku Qais dan Laila

Cinta Gila Si Qais terhadap Laila

Qais memang mencintai Laila
sejak kali pertama ia melihatnya
wajah Laila adalah wajah wanita pada umumnya, namun mata Qais telah melampaui pandangan siapapun.

Keduanya memang jatuh cinta,
saling mencinta
dan menyimpan rindu yang suci
tanpa nista, tanpa keburukan
tanpa  kepalsuan.

Para ahli mahabbah menyebutnya, cinta yang berpuasa. melampaui cinta platonik, melampaui Romeo dan Juliet yang datang ratusan tahun kemudian.

Pernah suatu ketika, si Qais sakit. Dokter ingin menyayat sebagian kecil kulit Qais, katanya: Aduhai Dokter, jangan lukai kulitku, tentu si Laila akan merasakan sakitnya juga.

Saat cinta mereka terhalang oleh kebangsawanan Laila, Qais menyendiri ke hutan sambil memandang rumah Laila setiap waktu dari bebukitan. Sesekali dia menjenguk  dengan hanya memeluk dinding rumah Laila.

Pada waktu lain, si Qais menyebutkan bahwa debu yang menempel di sandal Laila lebih dia cintai dari seisi dunia ini.

Begitulah si Qais, cintanya terhadap Laila jadi metafor yang diaplikasi oleh Ghazali dan Rumi dalam mencapai Cinta Ilahi yang Sejati:

Seorang Hamba mesti merasakan kegilaan cinta terhada Tuhannya, melampaui kegilaan Qais terhadap Laila.

Ulasan ringkas baca:

https://www.kompasiana.com/taufiqsentana9808/60faabf506310e5b2f753e32/keabadian-cinta-layla-dan-si-majnun

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun