Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Persona Intuitif

22 Agustus 2021   09:27 Diperbarui: 22 Agustus 2021   12:01 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi.dok.wikipedia

Ulasan kecil tentang intuisi ini kita cukupkan dengan tipikal persona intuitif. Sebelumnya sudah kita deskripsikan sekilas bagaimana pristiwa dan pengalanan intuitif beserta praktik praktik dasarnya.

Tulisan perihal intuisi ini pun spontan juga, tidak ada rencana khusus. Secara konseptual, kajian ini bisa termasuk ke ranah pendidikan Islam dengan sub psikologi dan wacana akhlak kesufian.

Baiklah pada bagian ini, persona kita maksudkan sebagai tampilan kepribadian yang intuitif dan selaras dengan kehidupan sosial kita.

Secara tabiat, kaum Hawa dianggap lebih intuitif dan lebih tajam perasaannya. Walaupun demikian, sifat intuitif bisa dicapai oleh siapa saja, baik langsung ataupun tidak

Setidaknya, menurut pertimbangan penulis dari beberapa literatur yang sempat dihampiri, seperti karya Inayat Khan India. Secara garis besar, persona intuitif itu penulis rangkum dalam tiga tipikal.

Pertama, Gairah.
Persona intuitif tampak penuh gairah, dalam hal apapun. Selalu terdorong untuk terlibat, gembira, semangat dan melihat sisi sisi positif setiap kejadian. Dorongan pantang menyerah agaknya juga karena gairah ini, selama ia percaya pada visi dan keyakinannya. 

Jadi, ketidak-gairahan, mungkin adalah gejala saat gelombang intuitif itu redup, butuh pengaktifan kembali. Kehidupan anak anak kecil, dianggap penuh intutif dan gairah, hanya saja intuisi mereka belum terwadah dalam pengalaman.

Kedua, kehati-hatian dalam makna positif. Dalam poin ini mengandung, kestabilan emosi dan pikiran.tidak mudah meledak-marah dan menghakimi. Fokus, terkonsentrasi serta cepat memutuskan. Sehingga rangkaian tindakannya adalah efektivitas dalam makna yang utuh. 

Dia tidak hanya hati hati untuk kehidupan yang tampak (realitas luar)tetapi juga hati hati untuk kepentingan  kehidupan selain sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun