Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Tips: Menulis Tanpa Hambatan ala Kuantum

8 Agustus 2021   21:51 Diperbarui: 8 Agustus 2021   21:59 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Sesekali waktu tentu pernah terngiang sesuatu yang "kuat" di benak kita untuk diungkapkan dan disampaikan dengan tulisan, namun kita merasakan hambatan hambatan tertentu.

Apalagi bila kita menyengaja "datangnya" ide menulis itu, tentu lebih membutuhkan energi untuk mengeksplore dan menuntaskannya menjadi tulisan yang bermakna.

 Menulis ala kuantum dapat sebagai jalan untuk mewujudkan gambar mental dan konsep yang ada di kepala kita.

Model ini disebut juga dengan menulis  cepat atau  free writing. Yaitu kemampuan mengungkapkan gagasan seketika dan secepat mungkin dalam bentuk tulisan.

Sebagian orang mungkin menulis kapan dia suka saja, tentang apa saja tanpa berdasarkan cepat atau lambatnya tulisan itu selesai. 

Tapi para pakar selalu mengusulkan agar anda memiliki slot waktu untuk menulis, walau hanya sebaris kalimat, agar "saraf" menulis kita terus aktif. Ini berbeda maknanya dengan menulis lintasan di status WA atau wall FB.

Sejalan dengan maksudnya, menulis ala kuantum membutuhkan konsentrasi penuh dan kedalaman terhadap materi yang diangkat. Dalam praktiknya, kita mesti menghindari editing saat menulis, editing dilakukan ketika semua yang kita maksud telah dituliskan, termasuk referensi dan varian lainnya.

Beberapa pakar menyebut ini sebagai proses "mengalir" (flow), tulis dan gambarkan saja dengan bebas dan detail.

Bahkan anda boleh mengabaikan tata bahasa di bagian ini. Tuliskan saja, bila anda menemukan kemacetan, silahkan tulis :" aku tak tahu menulis apa lagi", dan terus tuliskan sampai apa yang kita maksud (dalam pikiran) rampung. Biasanya, seorang profesional menulis hingga enam jam dalam sehari.

Jadi, menulis  ala kuantum  bertujuan untuk melewati "hambatan" menulis. Kita melakukannya dengan bebas sambil mengakumulasi semua pengalaman/ rasa yang berkaitan dengan tema:
 tanpa ada pertimbangan otak kiri (evaluatif) secara langsung, tapi mengedepankan otak kanan (kreatif) dalam merealisasikan satu tulisan yang bermakna dan bertenaga.

Sekarang, tuliskan saja ide anda, tuntaskan, baru edit dan perbaiki kemudian.

catatan:
Diantara referensi utama, Quantum Writing oleh Hernowo

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun