Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Catatan Sufi: Pintu Ma'rifat

4 Agustus 2021   16:10 Diperbarui: 4 Agustus 2021   16:34 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gejala dan peristiwa serta setiap kejadian diri ataupun sosial menjadi medium bagi hamba muqarrabin. Semisal musibah wabah yang melanda dunia saat ini, kejadian ini hanya akan menambah keyakinan dan kecintaannya pada Pencipta hingga semakin harmoni dalam menata hidup.

Seorang hamba dalam maqam irfan tidak memandang kejadian darurat ini dari segi kondisi sosial-hukum dan analisis sebab terjadinya wabah ini. Dan iapun tidak bisa menyampaikan pada khalayak bahwa dirinya telah sampai pada maqam ma'rifat, atau mengatakan, ia dapat memandang apa yang tak dapat dipandang oleh orang kebanyakan: pernyataan dirinya ini justeru akan merusak perjalanan  (suluk) dan mujahadahnya.

Dalam pengantar kecil ini, dapat kita pahami apa yang diucapkan Imam Ghazali (disampaikan kembali dalam ceramah Ust. Abd Somad), bahwa kemampuan ma'rifat ini dan potensi irfan adalah semata "Cahaya Allah Yang Ia Titipkan pada hati hambaNya yang mukmin,mukhlis dan terpilih".

Cahaya tersebut semakna petunjuk, ilham, pemahaman dan dorongan kebenaran yang tidak menyalahi syariat. Yang dengan cahaya itu pula, seorang hamba tadi menjalani hidup dan menempuh jalan ketaatan.

Menurut yang penulis yakini, belajar ma'rifat mungkin tidak didapatkan secara formal. Walau bisa saja sekolah formal memediasi capaian ma'rifat ini dengan ragam levelnya. Maka langkah yang paling umum dalam memulai kelas ma'rifat adalah, seperti rekomendasi Imam Alghazali dalam Bidayatul-hidayah (menjelang hidayah/permulaan hidayah), yaitu dengan menjalankan amal ketaatan lahir dan batin secara bertahap.

Amal lahir misalnya, menjaga kesucian diri dengan menjaga wudhu lalu memelihara diri dari setiap kewajiban seperti shalat serta disusul dengan rangkaian amal sunnah sepanjang waktu. Hingga pada level selanjutnya, menjaga diri dari yang haram, bahkan tidak mengambil/menikmati  yang halal kecuali hanya sedikit. Langkah langkah tersebut akan menyampaikan kita pada tingkat ma'rifat tertentu sesuai Yang Ia Kehendaki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun