Dan yang paling seru adalah ketika ada banjir besar musiman, kami berlibur sekolah dan bermain rakit sambil belajar berenang dan menangkap ikan.
Saat masa pembangunan tiba, jelang tahun 90an, banyak sawah sawah terjual dan tak berfungsi, entah karena musim atau apa. Tapi pastinya karena mulai berkembang industri yang merusak sistem perairan, juga sedang digalakkan pembangunan ruas jalan tol, yang bakal lunas 25 tahun kemudian, terhitung sejak tahun 90an ke atas.
Di samping itu. orang orang juga mulai banyak yang pindah ke dekat kota, dekat jalan Medan-Belawan, yang sudah banyak menggunakan listrik.
Seiring waktu, setamat SD, kami juga bertahap pindah ke dekat kota, istilahnya. Dan rumah kakek sudah jarang ditempati, mulanya kakek dan nenek tetap disana beberapa saat karena masih ada keperluan perihal kebun.
Saat jalan tol telah beroperasi, kami masih sempat tinggal di situ dan menatap mobil mobil yang lewat dari balik pagar yang berjajar di sepanjang tepi jalan.
Itulah sepotong cerita rumah kakek. Rumah yang kecil tapi bermakna luas dengan hati yang lapang dari para penghuninya. Semoga Allah selalu  Merahmati Kakek dan Nenek serta keluarga kita semua.
*pernah terbit di media lokal Aceh.portalsatu
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H