Mohon tunggu...
Taufiq Sentana
Taufiq Sentana Mohon Tunggu... Guru - Pendidikan dan sosial budaya
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Praktisi pendidikan Islam. peneliti independen studi sosial-budaya dan kreativitas.menetap di Aceh Barat

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Kuantum Bahagia

22 Juli 2021   12:38 Diperbarui: 22 Juli 2021   13:04 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kuantum Bahagia

Hakikat keinginan manusia ialah bahagia. Itulah puncak pencariannya.
Dalam skala apapun, bahagia mencari bentuknya lewat fikir dan interaksi manusia dengan pengalamannya.

Sebagian terjebak dalam fantasi bahagia, semu dan segera sirna
atau hanya fatamorgana.

Kita meraba, mencerna, mencoba
dan mengusahakan bahagia.
Namun agaknya, bahagia itu
seakan menjauh dan hilang makna.

Psokolog modern berusaha merumuskan makna makna itu.
merusmuskan apa yang dianggap bermakna bagi seseorang?
namun tetap sebagai rumusan saja
yang berlandaskan akal dan empirisme.

Namun, bagi penempuh Jalan Kenabian,
dari lisan Rasul Mulia, telah terekam
kuantum bahagia, ribuan tahun sebelum
pencarian para ilmuwan modern.

Lompatan kuantum bahagia itu mencakup aspek aspek capaian
eksistensi manusia:

Yaitu, mengingat Yang Maha Ada
dengan tindak kepatuhan, mensyukuri
pemberianNya dengan penerimaan
yang sempurna. Dan mengekpresikan penyembahan diri yang total dalam rangka menggapai Kerelaan Tinggi.

Itulah prokol kuantum bahagia yang disampaikan Nabi Mulia ke Sahabat mulia, Muaz bin Jabal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun