Mungkin ini pikiran saya saja. Tapi kalau dulu, sering dikatakan bahwa 'hemat pangkal kaya'. Atau, kalau mau kaya, maka hematlah pengeluaranmu, jangan sampai 'besar pasak daripada tiang', lebih besar pengeluaran daripada pemasukan. Kalau pemasukan kecil, maka hiduplah sederhana, sesederhana mungkin, sehingga masih ada uang untuk ditabung. Dimana uang tabungan ini bisa dipakai untuk biaya sekolah anak, atau untuk membeli barang yang berharga sebagai investasi, emas atau sawah misalnya. Cara kaya seperti ini memang lama dan butuh perjuangan ketahanan. Tapi memang begitulah ajaran jaman dulu.
Lain jaman dulu lain lagi jaman sekarang. Kalau dulu orang disuruh berhemat karena memang mungkin sulit untuk mendapatkan penghasilan besar. Kalau jaman sekarang, kaya identik dengan penghasilan atau gaji yang besar. Sudah jarang rasanya terdengar orang yang kaya karena berhemat atau karena hidup sederhana. Mungkin hanya sekali-sekali saja ada kabar seorang tukang bubur yang berhemat menabung yang akhirnya bisa naik haji. Apalagi kaya sekarang ini bukan hanya identik dengan penghasilan besar, tapi juga dengan status sosial atau gaya hidup tertentu. Gaya hidup seperti inilah yang semakin mengikis kebiasaan untuk berhemat, apalagi hidup sederhana. Bahkan akhirnya bisa menjadi pemicu untuk mendapatkan uang dengan jalan-jalan pintas atau yang kurang halal, korupsi misalnya. Yang penting bisa segera kaya.
Ada yang mengatakan bahwa yang mudah didapat akan mudah pula lepas. Mungkin kata-kata itu tidak 100% benar, tapi memang ada kebenaran dibalik kata-kata itu. Siapa yang mendapatkan sesuatu dengan mudah akan cenderung kurang menghargainya, akibatnya maka apa yang didapat akan mudah terlepas lagi. Dan jika kita membaca biografi orang-orang terkaya di dunia ini, maka kita akan mendapatkan bahwa mereka itu kebanyakan adalah orang-orang yang senang berhemat dan selalu hidup sederhana. Plus, berpenghasilan yang besar. Kesimpulan: kayalah dengan kerja keras mendapatkan uang halal, lalu kelola uang dengan baik. Pengelolaan uang yang baik terutama adalah yang didukung dengan pola hidup yang hemat dan sederhana, sesuatu yang makin langka saja saat ini, dan makin susah untuk diajarkan ke anak-anak kita. Bagi saya pribadi, hidup hemat dan sederhana itu jauh lebih bermartabat daripada hidup kaya itu sendiri.
-------
Catatan tambahan: Baru saja seseorang yang saya kenal merayakan ultah pertama anaknya dengan cukup meriah, sedangkan mereka sendiri hidup jauh dari berkecukupan, hanya sanggup mengontrak 1 tahun rumah satu kamar sempit di ujung gang kumuh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H