Mohon tunggu...
Taufiq Pasiak
Taufiq Pasiak Mohon Tunggu... pegawai negeri -

Pemerhati Kajian Otak, Perilaku Sosial dan Cara manusia berpikir. \r\n

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Qalbu dalam Perspektif Neurosains

7 Juni 2016   18:15 Diperbarui: 7 Juni 2016   18:22 504
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Itu sebabnya, para ahli berpendapat bahwa dalam berpikir manusia menggunakan 2 jalur otak; jalur amigdala yang membentuk pikiran emosional,dan jalur cortex cerebri yang membentuk pikiran rasional.Baik pikiran emosional maupun pikiran rasional menjadi bagian penting kehidupan manusia. Mereka bekerja secara dinamis dan saling memengaruhi.[5] Secara spesifik, emosi didefenisikan sebagai the subjective reactions of man and animals to the effect of external and internal stimuli that appear in the form of satisfaction or dissatisfaction, joy, fear, etc.[6]Emosi juga adalah “setiap kegiatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu; setiap keadaan mental yang hebat atau meluap-luap”. Contoh emosi: amarah, kesedihan, ketakutan, kenikmatan, cinta, terkejut, jengkel dan malu. [7]

Sejumlah penelitian telah dikelompokkan dalam teori emosi, seperti teori emosi dari Darwin, teori James Lange, teori Cannon Bard, teori pelabelan kognitif dari Schachter, dll. Meskipun teori-teori ini berbeda menjelaskan mekanisme emosi, tetapi menunjukkan kesamaan dalam soal ‘reaksi cepat’ emosi atau ‘kepekaan’ dalam istilah Quraish Shihab, serta kesamaan dalam adanya reaksi tubuh (fisik) terhadap kondisi emosi spesifik.

Sistem 1 dan Sistem 2

Istilah ‘kepekaan’ oleh Quraish Shihab dalam pengertian ‘kecepatan’ atau ‘lebih cepat’ dapat diterangkan juga dengan menggunakan teori 2 sistem berpikir dari Daniel Kahneman. Dalam penelitiannya tentang cara manusia merespon sebuah informasi, maupun cara manusia membuat keputusan, dalam hal apa saja, mulai dari berbelanja, pilihan kartu ketika main judi, pilihan kue untuk dimakan hingga pilihan politik, ia menemukan bahwa otak manusia bekerja dengan 2 sistem; sistem 1 (emosional) dan sistem 2 (rasional).[8]

          · Sistem 1 beroperasi secara otomatis dan cepat, dengan sedikit atau tanpa usaha dan tanpa ada perasaan sengaja dikendalikan.

          · Sistem 2memberikan perhatian kepada aktivitas mental yang membutuhkan usaha, termasuk perhitungan rumit. Operasi sistem 2 sering dikaitkan dengan pengalaman subyektif menjadi pelaku, pemilih dan berkonsentrasi.

Baik sistem 1 maupun sistem 2 dibutuhkan dalam kehidupan, tergantung seseorang harus merespon apa. Yang jelas, untuk mendapatkan suatu pengaturan yang baik, maka sistem 2 harus mengatasi sistem 1. Sistem 2 inilah yang bertanggung-jawab atas kendali diri. [9] Dalam proses kendali diri itu sistem 2 berusaha dengan keras untuk mengendalikan sistem 1. Usaha yang keras ini bukan perkara gampang. Di sinilah letak masalah manusia dalam pengendalian diri. Jadi, menurut riset Kahneman ini, ada hubungan antara kemampuan pengendalian diri oleh sistem 2 dengan seberapa kuat atau mampu seseorang melakukan usaha keras untuk itu. Kahneman mengaitkan usaha keras itu dengan usaha kognitif manusia. Artinya, usaha keras mengendalikan sistem 1 ditentukan oleh usaha kognitifnya.[10] Usaha kognitif adalah usaha manusia berpikir jernih menghadapi sesuatu. Jika seseorang diberikan tugas berat yang menguras energi berpikirnya, maka ia akan mudah terseret godaan-godaan yang diberikan secara bersamaan. Kendali diri dengan usaha kognitif harus dilatih. Dalam titik inilah saya menemukan makna kalimat Quraish Shihab bahwa Sumur dapat menjadi wadah sekaligus alat meraih pengetahuan. Sumur bisa menghasilkan air sekaligus menampung air,untuk menjelaskan makna Kalbu itu. Artinya, pengendalian diri yang terlatih dengan baik, akan menjadi bagian penting untuk memfungsikan pikiran sebagai sumber sekaligus wadah. Tampaknya disini otak memenuhi unsur itu. Wadah sekaligus sumber.

Dalam upaya melatih diri itu, yakni melatih pengendalian diri itu, dibutuhkan suatu kecerdasan yang secara popular disebut kecerdasan emosi (emotional Intelligence). Kecerdasan emosional adalah upaya memasukkan kecerdasan di dalam emosi manusia, dengan cara menata ulang pikiran manusia, sehingga yang terjadi adalah sistem 1 mengendalikan sistem 2 secara dinamis.

Kecerdasan Emosi: emosi yang dilatih

Kalbu atau emosi dapat dilatih. Selain untuk menata kepekaanya dan akan menjadi sarana manusia untuk hidup secara baik dan benar. Dengan mengacu pada riset-riset brilian Robert K. Cooper, Ayman Sawaf, Robert E. Kelley dan LeDoux tentang emosi Daniel Golleman mengenalkan istilah kecerdasan emosi.[11] Kecerdasan emosi terdiri dari sejumlah komponen yang jika dilatih akan menghasilkan kekuatan yang luar biasa[12]:

·                                         Self-Awareness and Control,kemampuan untuk memahami dan mengendalikan diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun