Bagaimana pikiran jenis-1 bisa muncul? Selain karena bawaan evolutif untuk pertahanan diri, juga sebagai cara otak untuk mengurangi beban kerjanya. Otak memiliki sifat efektif dan efisien dalam bekerja. Sehingga hal-hal yang semula dibentuk secara sadar, berulang-ulang, sehingga menjadi kebiasaan (habit), akan segera ‘diturunkan’ ke dalam pikiran jenis 1 yang ada di alam bawah sadar atau disimpan dalam gudang ingatan (memori). Dengan cara seperti ini otak bekerja menjadi efisien dan efektif.Â
Yang rutin bukan lagi hal baru. Wujudnya berupa spontanitas. Hal-hal rutin tidak begitu membutuhkan usaha untuk meresponnya. Silakan Anda membayangkan bagaimana kerja seorang tukang bengkel yang sudah terlatih atau seorang dokter yang sudah puluhan tahun menekuni profesinya. Hal-hal yang rutin tidak lagi menjadi bagian dari olah pikir sadar. Â Cara ini disebut automatic by acting the repetition(menjadi otomatis karena dilakukan berulang-ulang). Automatic by acting the repetitionini merupakan cara pembentukan kebiasaan manusia yang oleh para psikolog disebut habit loop.Untuk terbentuknya habitini, maka dibutuhkan 3 komponen penting: tanda atau isyarat (cue), pengulangan (routine) dan pengimbalan atau hadiah (reward) (Duhigg, 2013).Â
Spontanitas atau ‘ketidaksadaran’ dalam berucap atau berperilaku (beberapa buku teks sering mengistilahkan heuristik), terjadi karena 3 komponen itu berlangsung terus menerus. Seseorang selalu mendapatkan imbalan atau hadiah atas sebuah perilaku tertentu. Ini artinya, perilaku itu cenderung dianggap sebagai perilaku yang oke-oke sehingga tidak ada upaya untuk menghilangkannya. Spontanitas itu adalah respon instinktual atau intuitif (lihat Taufiq Pasiak, 2015).
Secara teknis, 2 jenis pikiran merupakan suatu rentang cara berpikir dari ujung ke ujung. Ujung kiri adalah pikiran jenis 1 (sebut saja: instink). Ujung kanan adalah pikiran jenis 2 (sebut saja: rasio). Di antara keduanya ada yang disebut ‘intuisi’ (Wendel, 2014). Jika dilihat perangkat biologisnya di otak maka kerja pikiran manusia terutama melalui mekanisme yang disebut top-dow regulasi(McLean, 19.Instink diatur di batang otak (reptilian brain)dan berfungsi terutama untuk pertahanan hidup. Intuisi diatur terutama di otak mamalia (mammalian brain). Selain berfungsi untuk pertahanan hidup juga merupakan pusat pengaturan emosi.Â
Sedangkan rasio diatur di neokorteks. Secara evolutif, neokorteks inilah yang menjadi penanda seseorang disebut manusia. Kemampuan menggunakan rasio secara tepat merupakan ciri khas seorang manusia. Sistem kendali diri manusia terjadi karena adanya kendali neokorteks terhadap 2 struktur di bawahnya. Seorang pemimpin, pejabat publik atau seorang yang terdidik dengan benar harus senantiasa berada dalam kondisi terkendali meskipun berada pada situasi yang sulit dan mengancam, meskipun pada keadaan-keadaan tertentu reptiliandan mammalian brainitu bisa dipakai. Seorang pemimpin atau pejabat publik—yang setiap ucapannya berimplikasi secara luas—sepatutnya bicara dalam kondisi terkendali. Kondisi terkendali tidak ada kaitan dengan aspek paralinguistik (vokal, logat, cara bicara). Bicara terkendali berkaitan dengan isipembicaraan.Â
‘ketidaksadaran’ Saut Situmorang
Mungkinkah ucapan SS itu lahir spontan karena sudah sering diulang-ulang (repetition) dalam pikirannya, alias sudah menjadi perangkat pikirnya? Hanya Tuhan yang tahu persisnya, tetapi sebagai pembelajar di bidang pikiran ini, saya berpendapat bahwa pernyataan itu merupakan perangkat pikiran SS. Pikiran ini sudah berulang-ulang dalam benaknya sehingga tanpa ia sadari sudah menjadi bagian dari kebiasaannya berpikir tatkala menghadapi obyek tertentu. Itu sebabnya, saya termasuk yang tidak percaya bahwa ucapan ini lahir begitu saja alias muncul seketika, meskipun itu disampaikan secara spontan dan ‘tidak sadar’.Â
Saya cenderung percaya bahwa ada sesuatu dalam benak SS berkaitan dengan HMI ini. Sesuatu yang terbentuk tidak dengan tiba-tiba. Ada automatic by acting the repetition.Dan untuk terjadinya ini ada rewardyang diperoleh. Saya berharap kekeliruan SS ini segera dipebaikinya. Sebagai seorang yang pernah berkarir di intelijen, dengan dasar pendidikan di bidang ilmu fisika dan berlintas lintas bidang ke ilmu sosial; Â dan kemudian berkarir di bidang hukum (KPK), ia seharusnya menjadi tokoh.Â
Tokoh bagi bangsa ini. Jika saat ini ia terpeleset menunjukkan isi perangkat pikirannya melalui ucapannya itu, maka ia pelan-pelan menunjukkan kelemahannya. Saya masih berharap ia dapat segera berubah. Memperbaiki perangkat pikirannya yang keliru. Mungkin tidak saja menyangkut HMI. Mungkin juga dengan yang lain. Sebagai sedikit berbagi pengetahuan, dalam kesempatan beberapa kali menjadi fasilitator di KPK termasuk untuk para komisioner saat AS jadi ketua, berulang-ulang saya sampaikan di hadapan mereka bahwa pada dasarnya manusia tidak bisa berdusta. Jika ia berdusta dengan ucapannya, maka tubuhnya akan menunjukkan dusta itu. Ucapan boleh berkelit, tetapi rona wajah dan mata tidak bisa. Begitu juga ketika berdusta dalam kata-kata, selalu ada sisi gramatikal, vokal dan pilihan kata yang membuat seorang ahli bisa menemukan dusta itu. (Manado, 10/05/2016)
Taufiq Pasiak
- Sekjen PP Masyarakat Neurosains Indonesia.
- Kepala Pusat Studi Otak dan Perilaku Sosial LPPM UNSRAT Manado
- Kepala Bagian Anatomi-Histologi FK UNSRAT.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H