Peran Perempuan dalam Mengelola Sampah Rumah Tangga Menuju Net Zero Emission (NZE) 2060
Berdasarkan hasil survey tentang kontribusi sampah menunjukkan bahwa 73% sampah berasal dari rumah tangga, 14% dari hotel, 5% dari pasar, dan 8% lainnya berasal dari terminal, rumah sakit, rumah makan, serta kantor. Sedangkan volume sampah yang dihasilkan tidak sebanding dengan kapasitas pengolahan akibatnya menghasilkan cemaran lingkungan dan bau yang mengganggu manusia salah satunya adalah bau.Â
Bau tersebut merupakan gas yang dihasilkan saat sampah organik membusuk. Oleh karena itu pemerintah melalui Peraturan Presiden (Perpres) nomor 97 tahun 2017 tentang kebijakan dan strategi nasional pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga.(peraturan.bpk.go.id, 2017)
Menurut Sudirman bahwa sampah jika tidak dikelola berpotensi menimbulkan emisi gas rumah kaca (GRK). Sebagai gambaran, di tahun 2018, diprediksi ada timbunan sampah organik sebanyak 37,91 juta atau sekitar 18,95 juta ton GRK setara karbon. Kemudian penanganan sebesar 27,67 juta ton sampah atau sama dengan pengurangan emisi GRK sebanyak 13,8 juta ton setara karbon.(http://pojokiklim.menlhk.go.id/, 2018) Untuk mempercepat pengurangan emisi dan peralihaan energi perlu dilakukan adanya program energi berkelanjutan untuk mendukung Net Zero Emission 2060.
 Program ini bertujuan untuk membangun kemandirian energi dan ekonomi masyarakat dengan basis energi bersih dan terbarukan seperti memanfaatkan tenaga surya, air, angin, dan biogas.Â
Selain itu bahwa faktanya sekarang tabung gas LPG 3kg dipasaran mahal mencapai harga 23.000, sehingga solusinya adalah biogas melalui sampah organik dari rumah. Melalui prinsip dari dapur kembali ke dapur, untuk mendukung Net Zero Emission 2060 dengan tujuan membangun kemandirian energi dan ekonomi masyarakat dengan basis energi bersih dan terbarukan melalui pengelolaan sampah organik dari rumah.
Menurut Rumah Energi memperkenalkan BIOMIRU sebagai sebuah sistem daur ulang limbah organik rumah tangga menjadi biogas yang mampu menggantikan peran gas LPG yang semakin mahal setiap harinya. Selain itu, dengan hasil ampas BIOMIRU yang berupa pupuk alami (bio-slurry) yang dimanfaatkan untuk pertanian urban atau urban farming.(Rumahenergi.org, 2020)
Biogas mini rumahan (BIOMIRU) adalah inovasi produk terbaru dari Rumah Energi untuk sebagai solusi pengolahan sampah rumah tangga menjadi energi terbarukan. Namun sayangnya peran aktif perempuan tidak begitu banyak atau jarang terlibat/ dilibatkan dalam menangani permasalahan tersebut padahal data menunjukkan bahwa penghasil sampah terbesar adalah dari rumah tangga.
Apabila sampah dari rumah tangga bisa dikelola dengan baik dengan melibatkan para perempuan maka akan tercipta sumber daya energi terbarukan salah satunya adalah biogas atau biogas mini rumahan. Dengan demikian keterlibatan perempuan menjadi sangat penting dalam menyelesaikan problem sampah mulai dari dapur atau rumah.
Kita tidak bisa menutup mata bahwa perempuan memiliki keterlibatan aktif pengelolaan  dalam mengurangi sampah serta mendukung Net Zero Emission 2060 dan juga kemandirian energi dan ekonomi masyarakat dengan basis energi bersih terbarukan melalui pengelolaan sampah organik dari rumah.Â
Berikut ini beberapa perempuan-perempuan hebat, kreatif, inovatif dan inspiratif yang ikut terlibat atau dilibatkan dalam melakukan pengelolaan sampah rumah tangga menjadi biogas sebagai energi berkelanjutan terbarukan diantaranya adalah:
- Bandung, Dewi K, seorang ibu rumah tangga di Kelurahan Cigereleng, Kecamatan Regol, Kota Bandung, Jawa Barat. (metrotvnews.com, 2017) Ia membuat bank sampah dan mengajak masyarakat untuk turut mengelola sampah organik dengan metode komposter, biopori, loseda, ecobrik, magotisasi.
- Selain itu masyarakat juga membiasakan diri memanfaatkan sampah organik menjadi biogas dan sampah non organik pun diolah menjadi berbagai macam kerajinan. Dari sampah 1.300 ton yang biasa diangkut ke TPA Sarimukti, hanya 934 ton sekarang yang diangkat. Ada 400 ton yang bisa diselesaikan. Keberhasilan tersebut berkat kinerja dari berbagai klaster. (Humas Kota Bandung, 2024)
- Makassar, Salah satunya yang dilakukan Tri Ika Syumayya, sebagai ibu rumah tangga dan juga sebagai Direktur Bank Sampah mampu mengelola sampah organik basah menjadi sumber gas atau biogas untuk kebutuhan memasak setiap harinya. Berkat semangatnya, saat ini ia mampu membuat Biogas pengganti gas Elpiji. Memanfaatkan sumbangan alat pengelolah sampah dan pipa seadanya ia membuat alat penampungan sampah sisa-sisa makanan rumah tangga.Â
- Dari alat itu ia mampu mencukupi kebutuhan kompor biogas selama 1 minggu untuk 5 kilogram Sampah. Tri Ika Sumayya juga mendorong ibu-ibu disekitaran rumahnya dikawasan Bara-barayya Selatan, Makassar. Untuk bergerak memanfaatkan sampah Organik kering lainnya menjadi barang bermanfaat sepeti tas dan hiasan rumah. Limbah dari pembuangan alat Biogas ini dijadikan pupuk untuk tanaman dirumah.(Ridian Eka Saputra, 2017)
- Sumatra Selatan, Seorang ibu rumah tangga memanfaatkan energi biogas yang berasal dari kotoran sapi untuk keperluan memasak sehari-hari di Desa Tanjung Bulan, Ogan Ilir (OI), Sumatra Selatan. Dengan pemanfaatan biogas dari kotoran sapi sebagai bahan bakar alternatif, warga mampu menghemat pengeluaran untuk bahan bakar memasak sebanyak 75 persen dibandingkan dengan menggunakan bahan bakar elpiji.(Wahyudi, 2016)
- Dewi Agustina Iryani, & Suci Wulan Pawhestri melakukan pelatihan pengolahan sampah organik & an organik, menjadi Bernilai ekonomis dan ramah lingkungan, acara tersebut diinisiasi oleh para perempuan hebat penggerak motor perubahan mindset bagi perempuan.Â
- Ditengah permasalahan kehidupan sosial dan lingkungan hidup. Dalam seminar dan pelatihan tersebut diharapkan perempuan memiliki keterlibatan peran penting sebagai ibu rumah tangga mengurangi sampah organik & anorganik.Â
- Berkaitan dengan sampah plastik, organic, dan anorganik di dalam kampus, kalau tidak dikelola dengan baik tentu akan menjadi beban bagi pemerintah Kota Bandar Lampung, yang pada akhirnya menjadi beban bagi masyarakat. Oleh karena itu, kita perlu Bersama-sama memikirkan bagaimana kita mengurangi sampah, kemudian memilah-milah sampah, mengelola sampah, dan juga melakukan daur ulang.(Green Campus, 2023)