Sehingga pada saat produksi hasilnya tidak relevan dengan kebutuhan pasar global. Begitu juga sebalik ketika peserta didik sudah mengetahui potensi masih ada guru atau pendidik yang belum memahami potensi peserta didiknya. Sehingga proses produksinya tidak relevan pula dengan kebutuhan pasar global.Â
Meskipun diawal guru selalu membuat planning (perencanaan) namun perencanaan yang dibuat sebelum masuk produksi tidak mampu mengakomodir seluruh potensi peserta didik atau bahkan peserta didik hanya mendapatkan kuantitas dari komposisi bahan yang sebetulnya tidak relevan dengan kebutuhan pasar global.Â
Kuantitas Disni yang dimaksud adalah pada saat produksi yang dikemas hanya informasi (pengetahuan) yang sebetulnya secara mandiri peserta didik mampu memperoleh tanpa melalui guru.Â
Kembali lagi bahwa Pendidikan Islam adalah usaha sadar untuk mengembangkan potensi dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia guna menghadirkan kebahagiaan atau kebaikan dunia sekaligus berimplikasi terhadap akhiratnya.Â
Artinya dengan pendidikan tersebut diharapkan mampu mengantarkan seseorang mengenal potensinya dengan begitu maka kualitas dirinya akan semakin meningkat yang nantinya akan memberikan kebahagiaan atau kebaikan dunia dan akhiratnya.
Rabbana arina fiddunya hasah wafil akhirati Hasanah.
Karena ketidak seseorang tidak dapat memperoleh kebahagiaan atau kebaikan dunia, sering melakukan tindakan yang menyimpang yang tidak diperbolehkan oleh Agama. Artinya disini pendidikan Islam diharapkan mampu mengantarkan seseorang memperoleh kebahagiaan dunia, yang insyaallah mampu menjembatani seseorang dengan mudah memperoleh kebahagiaan akhiratnya.
Kemiskinan dekat dengan kekufuran.