Mohon tunggu...
Taufiq Nugroho
Taufiq Nugroho Mohon Tunggu... -

hompimpa alaium gambreng...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Obrolan Angkatan Muda

28 Desember 2012   04:36 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:55 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja semakin menua, bahkan nampak lebih tua dari semestinya. Beberapa hari ini matahari pulang sebelum waktunya, mungkin ia pun sudah mulai malas menerangi bumi Indonesia ini. Hangat dan terang yang diberikan selama ini seolah hanya menandakan datangnya waktu pesta pora bagi para koruptor. Dan bagi si miskin, inilah waktu untuk mengumpat sejadi-jadinya, karena bagi mereka terbitnya matahari adalah lonceng dimulainya mencangkul rejeki dibelahan bumi yang semakin tandus.

Butiran hujan yang menghiasi jalanan tak sempatmendinginkan kawanan penggemar politik ini. Bang Togar, Amir dan beberapa rekannya mengisi waktu dengan obrolan politiknya, hal yang selama ini mereka anggap sebagai biang kerok susahnya mengais rejeki dinegri sendiri.

***

Yaa Memang harus ku akui, ternyata kelakuan petinggi-petinggi partaiku itu sama saja. Jargon katakan tidak pada korupsi yang selama ini Saya banggakan ternyata hanya isapan jempol semata. Seolah pengakuan dosa, tanpa malu-malu kini Amir mengomentari juga partai yang dua periode ini dibelanya habis-habisan.

Ganti baju aja Mir, ada partai baru lagi tuh. Jadi kadernya aja. Toh hampir semua orang daerah ini sudah kenal siapa kamu, apa susahnya ?. Sambar salah seorang rekan menyindir Amir, yang memang baru saja mengundurkan diri dari kepengurusan dan keanggotan partainya.

Ahh, tak semudah itu. Saya jadi bener-bener ragu mau terjun ke dunia politik lagi. Ada susahnya juga dikenal banyak orang. Kalau kelakuan saya sendiri sih masih bisa saya pertanggung jawabkan. Kalau orang-orang terus jadi simpatisanku, mengikuti pilihanku, dan ternyata pilihanku ndak sesuai harapan begini kan gawat!. Malu saya. Takut nanggung dosa mereka juga. Dan lebih dari itu, kredibilitasku sekarang sudah rusak!.

Sudah kubilang dulu Mir... kau masih muda, berpendidikan, dikenal pula. Jangan kau khianati angkatan muda !!. Dengan dialek khas tempat lahirnya, Bang Togar pun coba mengungkit petuahnya dulu.

Apa maksudmu Bang ? Dengan pendidikanku, Saya cuma mau mengabdikan diri pada masyarakat. Terjun langsung ke politik praktis, karena memang itu jalannya. Bukan hanya koar-koar ndak jelas gitu. Tak terima dinasehati, Amir pun balik menyerang lawan bicaranya.

Ehh, bukan Aku tak mau ambil bagian ya... Belum kutemuai saja angkatan muda di pentas politik kita ini. Kau catat itu Amir, Angkatan Muda !!.

Terus golput ?, ndak memberikan suara?, apa menurut Abang golput itu solusi?

Tidak juga. Tapi paling tidak, golput itu suara yang paling bertanggung jawab sekarang. Bukan berarti Aku tak ikut partisipasi, tapi sementara waktu, inilah warna politik Aku Amir. Selama belum kutemui angkatan muda!. Bang Togar pun merasa tersinggung dibilang cuma bisa koar-koar. Jangan sampai pemilu hanya untuk memilih koruptor-koruptor baru!. Golput itu kan suara politik juga... Ini juga harus jadi koreksi bagi politisi macam kau Amirr.

Hahh Angkatan muda!. Kenapa mesti angkatan muda ?!.

Angkatan muda itu mewakili hari depan !. Apa yang bisa kau diandalkan dari angkatan tua Amir?. Ahh, tak mengerti juga kau ini !!.

Ya pengalamannya lah kalau diserahkan angkatan muda, memangnya bisa apa mereka ?.

Pengalaman kau bilang ?!!, Tak kau lihat-kah sejarah kita ini. Mulai dari perjuangan, Sumpah Pemuda, Proklamasi, sampai tumbangnya itu Suharto. Semua oleh angkatan muda Amirrr…”. Dengan gaya orasinya yang tak terkendali, argumen Bang Togar pun semakin ber api-api. Gumpalan awan hitam dan sisa gerimis yang mengisyaratkan dinginnya sore pun tak terasa lagi bagi mereka. Bagaimana mungkin Aku percaya angkatan tua ?? Pendidikan mereka pendidikan orde baru, mereka tumbuh besar dari orde baru. Karakternya pun pasti karakter orde baruuu... Nah, bagaimana mungkin mereka lakukan perubahan ?!! Omong kosong ituuu...

Lha tapi nyatanya, itu koruptor-koruptor banyak juga dari angkatan muda, ndak selalu angkatan tua kan..??.

Itulah sebabnya Mir, mereka itulah anak-anak muda yang hanya mengekor pada angkatan tua. Kita butuh pemuda-pemuda yang berani menggunting putus sejarah. Kita butuh pemuda yang sadar akan perubahan. Kita butuh manusia baru dengan jiwa baru, yang rela bekerja untuk bangsa dan negaranya !!. Suaranya jadi meninggi, matanya melotot meyakinkan setiap ucapannya. Kali ini bahkan sampai memerah wajah Bang Togar menindas detak jantungnya yang nampak semakin cepat. Dan hasilnya, melongo lah mulut-mulut lawan bicaranya. Perkataannya pun ia tutup dengan mengetuk-ngetuk papan menyalurkan sisa emosinya.

Tapi bang, setidaknya mereka kan pernah punya andil juga. Sambil menikmati secangkir robustanya yang masih mengepul, salah seorang lagi memberikan opininya. Angkatan tua itu juga patut kita hargai, toh nggak semua busuk. Jangan terlalu membencinya lah...

Sebentar kemudian, menurun juga nada bicara Bang Togar. Ahh kauu, memang itulah yang harus terjadi kawaaannn... Tingkah polah mereka sendiri yang mendidik orang untuk membenci dan melawannya !. Ehh, bagi rokoknya satu....

***

Gerimis semakin mereda, suara langkah sepatu putih berhak 85 milimeter seketika mengalihkan perhatian mereka. Dengan mengulum senyum keraguan gadis berbaju biru muda itu bilang Ojekk baang.. Sodoran selembar alamat pun seketika menghentikan semua pembicaraan di gubug dengan papan bertuliskan POS OJEK BERSAHAJA disudut barat daya terminal itu.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun