Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah UNIVERSITAS PGRI ARGOPURO Jember Mengunjungi Situs Peninggalan Raja Brawijaya V di Kabupaten Jember
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas PGRI Argopuro Jember melakukan Kunjungan Situs di desa Sidomulyo, Kecamatan Semboro, Kabupaten Jember tanggal 18 Agustus 2022. Kunjungan dilakukan untuk memenuhi tugas mata kuliah sejarah lisan yang di ampu oleh ibu Rina Rohmawati, S.SM. Hum. Tujuan utama bagi mahasiswa sebagai media pembelajaran luar kelas untuk menambah wawasan seputar situs sejarah di Kabupaten Jember khusus nya bagi angakatan 2019 dan 2021.
Situs beteng ini di kenal dengan sisa kejayaan kerajaan Brawijaya V yang terkenal dengan beragam pondasi dari batu bata peninggalan Majapahit, yang berjarak 33 kilometer dari pusat kota Jember. Sampai di lokasi Situs Beteng mahasiswa sejarah disambut oleh Ngadul Gani (juru kunci).
Kawasan Situs Beteng juga menjadi kawasan edukasi. Selain situs edukasi situs ini penuh dengan ke mistisan nya oleh cerita warga pada tahun 1957, yang menusuk nusuk patung kumbakarna dengan mengunakan bambu, kemudian ia terpelanting sediri dengan keadaan tidak sadar, sesampai nya di rumah ia meninggal dunia. Menurut Gani, merupakan peninggalan Brawijaya V pada masa Kerajaan Majapahit. Gani menyebut, situs diperkirakan didirikan sekitar abad ke-15. Kala itu, luas Situs Beteng yang menjadi benteng pertahanan dalam beberapa cerita disebut sekitar 2,5 kilometer persegi.
Di situlah sisa-sisa bangunan masih ada. Seperti pondasi serta batu bata dengan corak kuno. "Peninggalan yang asli saat ini hanya berupa fondasi dan batu bata. Untuk bangunan, pagar, dan yang lain ini bangunan baru. Peninggalan bangunan yang asli sudah roboh semua," katanya.
Gani merupakan juru kunci keenam setelah sederet juru kunci yang lain. yang nasab nya Surodadi, Sukram, Mbah Gunung, Atmo Sutomo, dan Mat Salam, yang sekaligus merupakan ayahanda Gani. Selama itu pula, dia terus menggali cerita apa saja yang ditinggalkan oleh situs yang kini lahannya masuk ke lahan desa setempat.
Situs Beteng, pada awal ditemukan pada tahun 1939, masih menyimpan sejumlah barang peninggalan. Mulai dari artefak, lumpang, sikat mandi, patung, keris, sembilan sumur, pecahan piring kuno, serta sejumlah barang lain.
Namun demikian, lanjut dia, situs tersebut sempat dirusak pada tahun 1965-1966, dan sebagian barang peninggalan dibuang ke sungai. Ada juga yang dijual oleh oknum tak bertanggung jawab. "Bukan hanya itu, dulu bata-bata di sini juga banyak dibawa orang. Ada juga yang dijual bahkan juga ada yang di pakai sendiri, juga ada yang ingin menghancurkan situs ini, karena oleh masyarakat setempat di yakini Hal yang musyrik. Sekarang sisanya tinggal sedikit," papar Gani, yang kini berusia 72 tahun tersebut.
begitu, Gani pun menyebut, masih ada sejumlah barang peninggalan yang disimpan, seperti lumpang serta sejumlah barang lain. Dia pun menunjukkannya di dalam bangunan baru tempat penyimpanan barang-barang kuno yang terbuat dari batu, tanah, dan keramik.
Di lokasi ini, Gani berpesan bahwa Situs Beteng tetap bisa menjadi tempat edukasi bahkan di hari hari tertentu yang masih bertahan yaitu ritual bersemedi di pohon yang sampai sekarang ada, juga sering melihat harimau yang masih berkeliaran di sekitar pohon itu. Ada banyak cerita yang bisa digali siapa saja yang datang. Termasuk melihat sejumlah pemakaman di sekitar lokasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H