Mohon tunggu...
Taufiq Lolo
Taufiq Lolo Mohon Tunggu... Editor - Penulis Lepas

Seorang warga negara Indonesia yang ingin berkehidupan sederhana

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Memilih Pasangan Ideal: Introvert atau Extrovert?

2 Juli 2020   11:27 Diperbarui: 2 Juli 2020   11:25 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mencari pasangan ideal merupakan topik yang selalu menarik. Asmara dan pasangan terbaik adalah sesuatu yang selalu kita inginkan. Apakah salah? Tentu sangat tidak salah. Sudah menjadi naluri manusia untuk menginginkan kebahagiaan hubungan dan menolak penderitaan. kebahagiaan dalam hubungan berhubungan erat dengan karakter kita dan pasangan.

Dua karakter yang umum kita kenal dan memiliki perbedaan yang cukup mendasar, bahkan cenderung bertolak belakang yaitu introvert dan extrovert. Introvert diidentikkan dengan seseorang yang pendiam, suka menyendiri, tidak terlalu suka bergaul dan hal-hal yang bersifat individual lainnya.

Sedangkan extrovert merupakan kebalikan sifat dari introvert, ia lebih sosialis, ramah, supel, suka berbicara dan menjadi pusat perhatian serta memiliki banyak teman.

Dengan konotasi tersebut, introvert sering dipandang karakter negatif dan extrovert sebagai karakter positif. Padahal tidak selalu begitu, selama ia berada pada porsi yang pas ia akan memberikan efek selalu positif. Sebaliknya, jika porsinya berlebihan ia akan selalu berdampak negatif, baik itu introvert maupun extrovert.

Soal positif-negatif karakter introvert-extrovert akan kita bahas di bab lain, karena sudut pandang kali ini  adalah bagaimana karakter-karakter tersebut sebagai pasangan. Siapa yang lebih baik? Kebetulan penulis pernah memiliki beberapa hubungan dengan pasangan yang masing-masing memiliki kepribadian tersebut. Jadi tulisan kali ini akan berangkat lebih banyak dari pengalaman pribadi penulis.

Pada saat menjalani hubungan dengan seorang extrovert, penulis akui hubungan itu terasa menyenangkan dan hangat. Interaksi terasa nyambung, seru tanpa berhenti. Kita bisa membahas apa saja, menghabiskan waktu berjam-jam mendiskusikan segala hal, melakukan berbagai hal karena semua terasa jadi menyenangkan karena pembawaannya yang memberi energi positif. Bersosialisasi dengan orang lain pun terasa mudah karena ia bisa menghilangkan kecanggungan.

Ia terasa seperti sosok yang akan bisa terus asyik sampai waktu yang cukup lama. Pengalaman berbeda penulis alami ketika berhubungan dengan seorang introvert. Suasana kadang menjadi cukup canggung, kadang kesulitan untuk saling mengerti karena tidak semua bisa didiskusikan apa adanya. Hubungan kadang terasa sedikit dingin karena tidak ada interaksi yang begitu konstan bahkan ketika usia hubungan sudah berlangsung cukup lama.  

Uniknya, meskipun hubungan terasa dingin dan agak kaku, tapi bersama seorang introvert, kadang ia bisa "menyentuh" perasaanmu dengan cara uniknya. Introvert adalah pemerhati yang cukup detail sehingga ia cukup ahli memberikan "pukulan mematikan" yang melelehkan hatimu.

Seorang extrovert bisa memperhatikanmu secara konstan tapi biasanya tidak intens, sedangkan introvert tidak selalu bisa menunjukkan perasaannya, tapi ketika ia menunjukkannya, kita tidak bisa melakukan apapun selain jatuh cinta lagi dan lagi padanya.  

Masalahnya, baik bersama extrovert maupun introvert, hubungan itu berakhir dengan ujung yang sama, kandas. Dengan extrovert, hubungan itu berakhir karena semakin lama semakin terlihat bahwa hanya dunianya yang ia pedulikan. Mimpinya adalah yang kami bahas, masalahnya adalah yang kami diskusikan, bukan mimpi kita.

Masalah tersebut juga terjadi dengan introvert. "apa masalahmu, apa mimpimu, berceritalah" adalah diksi yang sering sekali terucap bersamaan dengan suara "sekali-kali cobalah pertanyakan aku, masalahku, mimpiku dalam kalimatmu" dari dalam hati.

Setelah berulang kali terjebak masalah yang sama, diskusi lagi dan lagi tanpa ada perubahan meskipun jalan keluar sebenarnya sudah ditemukan, akhirnya berpisah adalah solusi terbaik yang bisa kami lakukan. 

Setelah merenungi banyak hal, introspeksi dan melihat secara lebih luas dan komprehensif, penulis sampai pada sebuah simpulan bahwa baik introvert ataupun extrovert tidak bisa mengisi kekosonganmu. Pasangan ideal bukan soal dia introvert atau extrovert. yang bertanggung jawab memenuhi kekosonganmu adalah kamu, bukan pasanganmu atau orang lain.

Penuhilah kekosonganmu dan isi kekosongannya, begitu juga sebaliknya. Pasangan ideal adalah yang bisa membuat kita saling mengisi, apapun dan bagaimanapun kepribadiannya.

Jangan menetap pada pasangan yang hanya peduli dengan dunianya sendiri, jangan pula pada yang hanya peduli pada duniamu, ia harus peduli pada dunianya dan duniamu, begitu pula sebaliknya. Dengan menemukan sinkronisasi antar dua dunia tersebut kemudian melahirkan chemistry sehingga membuat dunia terlihat hanya milik kalian berdua. Saat itulah hilang kata "aku" dan "kamu", yang tersisa hanya "kita".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun